May 26, 2012

12 Alien Ganteng (Prolog 1)


12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens) © Author Kimmi

Fantasy/Friendship

Rated T for Teenager

Disclaimer: S.M.Entertainment, EXO

Main Characters:
Xiu Min (Kim Min Seok), Lu Han (Xi Lu Han), Kris (Wu Yi Fan), Su Ho (Kim Joon Myeon), Lay (Zhang Yi Xing), Baek Hyun (Byun Baek Hyun), Chen (Kim Jong Dae), Chan Yeol (Park Chan Yeol), D.O. (Do Kyung Soo), Tao (Huang Zi Tao), Kai (Kim Jong In) and Se Hun (Oh Se Hoon)

Other Characters:
Lee Sooman, Chen’s mother and Kim Hyekyo

Warning: OOC, OC, misstypos, korean basically, indonesian, brands, dll…

Don’t Like Don’t Read!

Perkenalan (Introducing)
1st Prologue




-12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens)-

When the skies and the ground were one legends, through their twelve forces, nurtured the tree of life, An eye of web force created the evil that covered the heart of the tree of life, and the heart slowly grew dry.
                       
With intent to imbrace the heart of the tree of life, the legends hereby divide the tree in half and hide each side, hence time is overturned and space turns askew.

The twelve forces divide into two and create two suns that look alike, into two worlds that seem alike. The legends travel apart, and shall now see the same sky but stand on different grounds, shall stand on the same ground but see different skies.

In two worlds that seem alike, the legends will greet eachother, the day the red forces purify and the twelve forces reunite, into one perfect root. A new world shall open up.

-12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens)-

Normal POV

SM (Star Mansion) Building

Annyeonghaseyo,”

Annyeonghaseyo,” balas Xiumin kepada para guru yang menyapanya sambil berlalu-lalang di sepanjang koridor. Xiumin pun terus berjalan menuju ruang latihan.

Krieeeettttttt...

Ia membuka pintunya perlahan, tampak ruangan yang luas tersebut masih tampak sepi. Tidak ada seorang pun ada di sana kecuali dirinya.

Xiumin menutup pintu lalu melirik swatch hitam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya sesaat, “Baiklah... Perjuanganku akan dimulai dari detik ini!”

CEKREK!

Self-portrait
Nama: Kim Minseok
Nama panggilan: Xiumin
Tanggal lahir: 29 Maret, 1990
Tinggi badan: 177 cm      
Keahlian: Pembekuan (Frost)

Xiumin pun mengangkat tangannya ke atas dan...

BRAK!

“Xiumin!” teriak seseorang yang baru saja membuka pintu dengan sangat kerasnya.

“Wuaaa~!! S-songsaenim? Ada apa?” tanya Xiumin sambil berusaha menenangkan dirinya.

Mianhaeyo, Xiumin-ah... Sooman-ssi menunggumu di ruang kerjanya.” katanya.

“Begitu,” Xiumin hanya menghela napas pendek dan pergi meninggalkan ruang latihan diikuti songsaenim-nya menuju ke ruang kerja sang perintis Star Mansion.

Sooman’s office

Tok... Tok... Tok...

“Masuk,” terdengar suara dari balik pintu.

“Permisi. Ada keperluan apa Sooman-ssi memanggil saya?” tanya Xiumin dengan sopan.

“Begini Xiumin-ah... Sudah hampir 1 tahun penuh kau berada di sini. Oleh karena itu, aku ingin memperkenalkanmu dengan seseorang.”

Mendengar perkataan Sooman, Xiumin langsung sedikit menengadahkan kepalanya ke arah Sooman.

“Seseorang?” tanya Xiumin.

“Benar sekali... Langsung saja, kau boleh masuk,” ujar Sooman.

Krieeeeeettttttttttt...

Pintu pun terbuka dengan sangat pelan dan sangat hati-hati. Xiumin dengan sabar menunggu pintu tersebut terbuka seluruhnya. Jantungnya berdegup makin kencang ketika melihat setengah wajah dari seseorang di balik pintu berwarna coklat dengan ukiran bunga mawar yang catnya terlihat jelas masih baru.

Brak...

Sekarang Xiumin bisa melihat seseorang yang akan diperkenalkan oleh Sooman tadi. Seorang pria, bukan, seorang remaja laki-laki. Bertubuh tinggi tegap walaupun terlihat sedikit kurus, berwajah datar dan kulit yang agak coklat.

“Nah, Jongin-ah... Bagaimana kabarmu?” tanya Sooman sok akrab seraya tersenyum dengan senyum yang masih terlihat diragukan bahwa dia benar-benar tersenyum atau tidak.

“Masih baik seperti biasa,” jawab laki-laki yang dipanggil ‘Jongin’ oleh Sooman dengan suara baritone-nya dan masih tanpa ekspresi sambil membungkuk sopan.

CEKREK!

Self-portrait
Nama: Kim Jongin
Nama panggilan: Kai
Tanggal lahir: 14 Januari, 1994
Tinggi badan: 182 cm        
Keahlian: Teleportasi (Teleportation)

Annyeonghaseyo, Xiumin imnida,” kata Xiumin sambil membungkuk 90 derajat di depan laki-laki jangkung tersebut.

“Umm... Annyeonghaseyo, Kai imnida,” balas Kai dengan sedikit kikuk.

“Hahaha... Xiumin-ah, Kai ini lebih muda darimu. Tidak perlu sesopan itu,” ucap Sooman tertawa dengan khas.

Mendengar pernyataan tersebut, Xiumin langsung berdiri tegap di depan Kai sambil termangu melihat Kai dari bawah sampai atas.

‘Aku seharusnya memiliki kekuatan untuk meninggikan badan!’ batin Xiumin sedikit merona.

“Yang terpenting kalian sudah saling kenal. Nah, aku memanggil kalian karena mungkin sudah saatnya aku memberi tahu hal ini,” ujar Sooman mulai serius.

-12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens)-

Gangnam-gu, Seoul

Xiumin dan Kai sedang berjalan berdua di pinggiran distrik Gangnam. Keduanya terlihat masih canggung satu sama lain. Di samping canggung, mereka pun sepertinya terlihat kesal, malas, dan hal-hal negatif lainnya.

“Kai? Bolehkah aku panggil begitu?” tanya Xiumin ragu-ragu.

“Ya, terserah saja... Hyung.” katanya. Membuat Xiumin yang mendengarnya menjadi semakin canggung, lebih tepat tersipu sebenarnya.

Dan pada akhirnya mereka tidak bicara lagi.

Setelah berjalan agak lama, mereka pun melihat sebuah kafe. Karena merasa haus dan sedikit lapar, mereka memutuskan untuk singgah di sana sebentar. Mereka memilih duduk di outdoor-cafe.

Café Rainbow

Annyeonghaseyo, ingin memesan apa?” tanya pelayan perempuan di kafe sambil memberikan 2 lembar kertas yang berisikan menu di kafe tersebut.

Cola float,” ujar Kai singkat.

“Baiklah. Bagaimana dengan Anda?” tanya pelayan tersebut kepada Xiumin.

“Teh saja dan... Apa di sini bakpao?”

Pelayan tersebut tersenyum maaf dan berkata bahwa di sini tidak ada bakpao sedangkan Kai sudah sweatdrop melihat Xiumin yang terus saja memaksa.

Mian habnida, Tuan. Di sini benar-benar tidak ada bakpao.”
Xiumin pun berhenti merajuk dan menundukkan kepalanya dalam-dalam.

“Padahal aku ingin sekali makan bakpao...” gumam Xiumin yang masih terdengar jelas oleh Kai.

Pelayan itu segera membungkuk salam dan pergi meninggalkan mereka berdua menuju counter. Terlihat jelas ekspresi pelayan perempuan tersebut yang terlihat jengkel sesampainya di sana.

“Umm... Hyung?” panggil Kai ragu. Xiumin mengabaikan panggilan Kai dan terus menggumamkan kata ‘bakpao’. Melihat Xiumin yang tidak bergairah seperti itu, Kai memutuskan untuk pergi.

Xiumin melirik Kai yang pergi meninggalkannya lewat ekor matanya. Sampai punggung Kai tidak terlihat lagi, Xiumin berbalik untuk memastikan bahwa Kai benar-benar pergi lalu menghela napas panjang.

“Dia... Mau pergi kemana? Apa aku harus mengikutinya?”

“Tapi, bagaimana kalau pesanannya tiba? Oh, tidak... Bagaimana kalau dia diculik? Hyung tidak berguna macam apa aku ini!?” teriak Xiumin frustasi. Para tamu kafe pun memandangi Xiumin dengan tatapan heran. Xiumin terus bergumam sendiri apa yang harus ia lakukan sampai akhirnya Kai datang kembali.

Kai datang sambil membawa sekantung kresek berwarna putih dan duduk di depan Xiumin dengan wajah datar seperti biasanya.

“Kai? Darimana saja kau ini? Kau tahu? Aku hampir...”

“Buktinya Hyung tetap duduk di sini, ‘kan?” kata Kai.

Xiumin speechless mendengarnya. ‘Benar juga...

“Ini,” Kai menaruh kantung kresek tersebut di meja mereka, tepat di depan Xiumin.

“Apa ini?” tanya Xiumin.

“Hn. Buka saja,” titah Kai. Xiumin pun membukanya dengan perlahan. Xiumin termangu melihat isinya.

“Kai? I-ini...” katanya tidak bisa melanjutkan kalimatnya saking terharu.

“Tidak usah menatapnya seperti itu, Hyung... Makan saja,” ujar Kai sweatdrop.

Ternyata isinya adalah tiga buah bakpao yang dibeli Kai masih di kawasan Gangnam-gu.

Pesanan mereka pun datang. Mereka masih sibuk dengan urusan dan pikirannya masing-masing.

Xiumin menyesap tehnya sedikit, menaruh gelasnya kembali dan memangku tangannya di pipinya yang agak tembem.

“Jadi, bagaimana rencana kita?”

Kai yang sedari tadi hanya fokus pada cola float-nya, kini melihat Xiumin yang mulai serius.

Flashback

Xiumin dan Kai menyimak baik-baik perkataan Sooman. Berbeda dengan Kai, Xiumin masih terlihat tenang karena Sooman sudah sedikit menceritakan kepadanya.

“Dahulu, planet ini adalah planet yang penuh dengan perdamaian namun juga penuh dengan peperangan. Planet ini dulu disebut Planet Extrasolar. Untuk menstabilkan Extrasolar yang makin lama makin rusak akibat manusia yang lebih mementingkan egonya masing-masing, dua belas pasukan yang memiliki kekuatan paling hebat di galaksi menciptakan sebuah pohon yang bernama Pohon Kehidupan.”

Xiumin dan Kai tetap setia mendengar kelanjutan cerita Sooman.

“Pohon itu terus dipelihara dan planet ini pun kian membaik sampai ada kekuatan jahat yang mencoba untuk menutupi jantung milik Pohon Kehidupan dan menghancurkan pohon tersebut. Menhancurkan pohon tersebut berarti sama saja dengan menghancurkan Extrasolar, tapi memang itulah tujuannya.”

“Lalu, apakah dia berhasil?” tanya Xiumin penasaran.

“Ya, dia berhasil. Tapi, hanya sampai membuat Pohon Kehidupan kekeringan. Kekeringan tersebut membuat kekuatan yang berada di dalam pohon bebas keluar. Keduabelas pasukan mencoba untuk menyatukan kembali Pohon Kehidupan, tapi siapa sangka bahwa ternyata kekuatan yang tertanam di pohon itu lebih kuat dibandingkan kekuatan mereka sendiri. Untuk itu mereka semua memutuskan untuk membelah Pohon Kehidupan menjadi dua. Dua kekuatan yang sangat hebat.”

Xiumin dan Kai dengan wajah seriusnya mendengar kelanjutan cerita Sooman.

“Mereka membagi pasukannya menjadi dua tim pasukan. Lalu, kedua tim pasukan tersebut membuat dua matahari yang terlihat sama. Kemudian membawa masing-masing belahan Pohon Kehidupan. Mereka membawanya ke tempat yang terpisah dan tidak ada yang pernah tahu di mana Pohon Kehidupan berada.

Legenda membuat jalan mereka terpisah. Dua dunia yang tampak sama. Mereka melihat langit yang sama, tapi berpijak di tanah yang berbeda. Mereka berdiri di tanah yang sama, tapi bertemu dengan langit yang berbeda,”

Sooman memberi jeda pada ceritanya dan berjalan membelakangi Xiumin dan Kai. Melihat jendela kantornya yang bersih, melihat jalanan di bawah yang ramai dengan kendaraan dan orang-orang.

“Dalam dua dunia yang terlihat sama, legenda akan menyapa satu sama lain di suatu hari nanti. Duabelas pasukan pun akan bersatu kembali, menjadi satu akar sempurna. Dan sebuah dunia baru akan terbuka.”

Xiumin dan Kai tercengang mendengar cerita Sooman.

“A-aku...”

“Dan kalian berdua... Adalah salah satu dari keduabelas pasukan tersebut!” kata Sooman memotong kalimat Xiumin seraya menunjuk mereka berdua.

“K-kami... Berdua? Salah satu dari pasukan itu?” tanya Kai ragu-ragu.

BRAAK!

Frost Xiumin dan Teleportation Kai... Kalianlah sang reinkarnasi yang ditunggu-tunggu selama lebih dari seribu tahun! THE REINCARNATION OF EXO!” ujar Sooman sambil menggebrak meja.

Xiumin dan Kai terlonjak kaget akibat perbuatan Sooman yang kelewat semangat.

“Hahaha... Aku sangat senang sekali, sudah lama aku mencari kalian. Selama kurang lebih 17 tahun sejak bangunan ini didirikan. Yah, mendapat dua orang dalam waktu yang berdekatan sudah sangat bersyukur sekali.” ucapnya yang kini sudah duduk di meja kerjanya.

“Tapi, aku masih belum mengerti. Apa tujuanmu mencari kami?” tanya Kai.

“Tentu saja untuk menyelamatkan planet kalian, planet kita. Atau yang mungkin kalian ketahui sebagai bumi,” jawab Sooman dengan tenang.

“Menyelamatkan dari apa? Siapa? Lalu, bagaimana dengan sisa pasukan yang lain? Apakah mereka...”

“Sudah, Kai. Sudah... Baiklah, mungkin ini sudah saatnya untuk memberikan kalian sebuah misi.” ucapnya sambil tersenyum puas.

“Misi?” tanya Xiumin dan Kai bersamaan.

“Misi untuk menyelamatkan bumi dan... Mencari kesepuluh anggota pasukan yang lainnya!”

MWORAGO!?” teriak Xiumin dan Kai bersamaan lagi.

Menyadari tindakan mereka yang tidak sopan, mereka langsung membungkuk minta maaf.

“Aku tidak bermaksud untuk begitu!” kata Xiumin diiringi dengan minta maaf.

“Tidak, tidak perlu seperti itu. Santai saja. Aku sudah mengira kalian akan seperti itu.”

“Tapi, kalau begitu itu namanya bukan ‘sebuah misi’ karena tadi Anda mengatakan ‘dan’,” ujar Kai agak bete.

“Benar juga, ya. Hahaha... Baiklah, baiklah. Langsung ke topik utama saja. Asal kalian tahu, kekuatan jahat yang disegel oleh para EXO kini sudah hampir melewati batasnya, maksudku, segelnya sudah mulai melemah. Segel yang melemah itu tidak ada hubungannya dengan EXO, melainkan para manusia yang dikelilingi oleh perasaan dendam dan benci. Dendam dan benci itulah yang menjadi kekuatannya.”

“Jadi begitu rupanya,” ucap Kai seraya mengangguk paham.

“Jika segelnya sudah lepas, bumi ini tidak bisa diselamatkan lagi. Tapi, seperti yang baru saja aku ceritakan, hanya Pasukan EXO-lah yang bisa menyelamatkan bumi! Meskipun mereka sudah tidak ada karena sisa kekuatannya dipakai untuk menyegel kekuatan jahat. Mereka masih ada di sini, aku bisa merasakannya.”

“M-mereka ada di sini?” tanya Xiumin agak merinding.

“Ya, di dalam hatimu. Jiwa, raga dan kekuatan kalian.”

Xiumin dan Kai tertegun karena pernyataan Sooman.

“Kalianlah penerus Pasukan EXO, reinkarnasi mereka. Sebelum mereka gugur, mereka percaya bahwa jika pada saat hari dimana segel itu terbuka, pasti ada yang akan menyelamatkan Extrasolar dari kekuatan jahat. Oleh karena itu mereka bereinkarnasi, menyalurkan kekuatannya untuk calon reinkarnasinya.”

Sooman melipatkan kedua tangannya di atas meja.

“Tapi, tidak kusangka prosesnya lama sekali dan ternyata masih calonnya sangat muda. Mungkin bisa dibilang masih terlalu muda.”

Xiumin dan Kai hanya saling bertatap wajah satu sama lain.

“Lalu, untuk mencari sisa anggota lainnya?” tanya Kai.

“Sebenarnya untuk misi yang kedua, aku mempunyai alasan sendiri. Yah, kalian lihat sendiri. Aku sudah terlalu tua untuk berkeliling kesana-kemari, mencari orang yang tidak dikenal, harus menyamar, dan... Aku sudah tidak kuat lagi... Hiks...” ujar Sooman yang mulai melankolis.

Ne, ne... Kami paham.” Ucap Kai sweatdrop.

“Begitulah, mungkin ada yang ingin kalian tanyakan untuk misi kedua kalian?”

“Begini... Bagaimana caranya kita tahu bahwa mereka adalah orang yang kita cari?” tanya Xiumin.

“Pertanyaan yang bagus, Xiumin-ah. Kalian ingat tanda aneh di wajah kalian?”

“Tanda? Maksud Anda...” Xiumin mengusap pipinya perlahan dan tiba-tiba muncullah ‘tanda aneh’ yang dimaksud. Tanda yang terlihat sedikit mirip dengan snowflake dan mengkilat.

Kai termangu melihat Xiumin.

“Jangan heran, Kai. Kau juga punya,” ucap Sooman tersenyum maklum.

Ne, saya tahu.”

“Mereka pun mempunyai tanda, sama seperti kalian. Lagipula kalian juga masih terikat dalam satu ikatan. Jadi kurasa kalian mempunya feeling tersendiri terhadap sesama anggota pasukan,”

Sooman berdiri dari kursinya.

“Satu lagi, sebelum kalian memulai misi ini. Kemungkinan besar, tanda yang mereka miliki masih bisa terlihat oleh kita. Karena mereka belum menyadari jati diri mereka yang sebenarnya. Dan bicaralah baik-baik dengan mereka. Berjuanglah, Pasukan EXO!”

End of flashback

“Walaupun mempunyai tanda yang sama, kalau tempatnya tertutup sama saja bohong.” kata Kai sambil mengaduk-aduk minumannya.

“Kau merasakan sesuatu? Maksudku... Feeling?” tanya Xiumin seraya menggigit bakpao-nya yang terakhir.

“Kurasa tidak semudah itu. Lagipula aku bukan tipe yang percaya pada feeling,” ujar Kai masih sambil mengaduk-aduk.

“Yah, kau sudah selesai?”

Ne, mencari lagi?”

“Tentu saja, cepat! Kita akan ke Myeongdong!” katanya semangat.

“Untuk apa ke sana? Terlalu ramai, tempat yang lain saja.” tolak Kai seraya melambaikan tangannya tidak setuju.

Xiumin tidak menghiraukan perkataan Kai dan langsung menarik lengan kanannya lalu menyeretnya pergi dari kafe.

-12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens)-

Myeong-dong, Seoul

“Sudah kubilang, di sini ramai...”

“Aku tahu, tapi... Aku sudah memperhitungkan kemungkinannya kok,” ujar Xiumin dengan percaya diri.

“Apa maksud Xiumin-hyung dengan ‘kemungkinan’?” tanya Kai curiga.

“Seperti yang kau bilang barusan, ramai. Pasti banyak orang. Lagipula di sini juga tidak sedikit turis yang datang. Dengan menggunakan feeling-ku, kurasa, kita bisa mendapatkan mereka! Tidak hanya satu, mungkin saja kita bisa mendapatkan kesepuluhnya di sini! Kebetulan yang menyenangkan, bukan?”

“Itu bisa saja terjadi, tapi... Terlalu banyak orang di sini!” ucap Kai penuh frustasi.

“Gunakan feeling-mu, oke?” kata Xiumin sambil menepuk pelan bahu Kai.

Hyung~...” rajuk Kai.

“Sudahlah, kita cari mereka.” ujar Xiumin tidak mengindahkan rajukan Kai.

Xiumin dan Kai berjalan menyusuri Myeongdong. Karena terlalu banyak orang, Xiumin dan Kai memutuskan untuk berpencar.

“Satu jam setelah berpencar, kita kembali lagi di sini. Tepat di depan Citibank.” Kata Xiumin mengomando dan direspon oleh anggukan sekenanya oleh Kai.

Xiumin berjalan ke arah utara, sedangkan Kai berjalan ke arah selatan.

Kai berjalan dengan sangat santai sementara tangannya dimasukkan ke masing-masing saku celananya. Tiba-tiba Kai berhenti dan menggumam sesuatu.

“Tunggu dulu... Bagaimana kalau salah satu dari mereka adalah perempuan? Atau... Yang lebih parah mereka semua perempuan? Bagaimana kalau mereka berasal dari Amerika? Oh tidak... Aku ‘kan tidak bisa bahasa Inggris!” katanya agak keras.

Lama Kai terdiam, matanya melirik orang-orang yang lewat dengan teliti. Tiba-tiba matanya menangkap sesuatu yang terjatuh.

“Apa itu?” Kai berlari pelan menuju ‘benda’ yang jatuh tersebut.

“Ini...”

-12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens)-

Xiumin berjalan dengan agak cepat. Kepalanya menengadah ke kiri dan ke kanan. Karena tidak mendapatkan petunjuk apapun, Xiumin menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil menggembungkan pipinya.

“Bagaimana ini? Tidak ada tanda-tanda sama sekali,” katanya bingung.

Xiumin melirik sekilas swatch hitamnya. Sudah hampir setengah jam ia berjalan-jalan di kawasan sekitar Myeongdong.

“Tidak semudah yang kukira. Apa aku kembali saja? Tapi ini belum satu jam,” ucap Xiumin kecewa. Tidak lama kemudian senyum mencurigakan terpampang di wajahnya.

Ia pun segera berjalan ke salah satu restoran di Myeongdong.

“Aku masih punya waktu setengah jam lagi... Hihihi...” katanya sambil terkikik.

Kai kini tengah berdiri kelelahan karena sehabis berlari.

“Ya ampun... Dimana dia?” katanya disela engahnya. Kai menggenggam sebuah benda di tangan kanannya.

“Lagipula kenapa aku harus mencari pemilik rubik ini?” tanyanya kepada dirinya sendiri.

Kai mengacak-acak rambutnya kesal lalu berjalan lagi.

“Bagaimana kalau aku mencarinya di suatu tempat? Di bank mungkin, toko alat tulis atau... Ah di restoran! Ya, restoran pasti ramai. Kau jenius Kai!”

Hari sudah mulai agak gelap, tidak heran sekarang sudah jam lima. Kai dengan jaket putihnya menudungkan kepalanya kemudian berjalan ke suatu restoran.

“Myeongdong Tado Haesun...” gumamnya pelan. Ia pun segera masuk ke sana dan disambut oleh beberapa pelayan. Kai tersenyum sopan membalasnya walaupun jika dilihat baik-baik itu adalah senyum yang dipaksakan.

Myeong-dong Tado Haesun

Kai duduk di salah satu kursi di sana lalu melirik ke kanan dan ke kiri. Lalu tiba-tiba matanya berhenti di suatu objek, orang tepatnya.

“Sepertinya aku mengenal orang itu? Rambutnya, punggungnya, jaketnya, cara makannya, pipinya... Pipinya yang... I-itu ‘kan... Xiumin-hyung!!!” pekik Kai kaget. Para pengunjung di sekitar Kai langsung menatapnya dengan pandangan heran.

Mianhamnida, mianhamnida,” ucap Kai meminta maaf. Kemudian dengan aura gelap Kai berjalan menuju meja Xiumin. Xiumin yang sedang asyik memakan kalguksu dan jjolmyeon tidak menyadari kehadiran Kai di belakangnya.

“Halo... Xiumin-hyung...” sapa Kai dengan suara baritone-nya yang lebih rendah, hampir mencapai bass.

“Ng? Ah... Halo, Kai!” balas Xiumin menengadahkan kepalanya ke belakang, melihat wajah Kai dengan aura gelapnya. Xiumin merasakan firasat buruk akan hal ini.

“Sepertinya aku sudah menemukan salah satu dari mereka,” ujar Kai.

“Umm... Benarkah? Itu bagus.” kata Xiumin sambil mengelap bibirnya dengan tissue.

“Ya, dia ada di sini. Sedang makan,”

“Wow...” tanggap Xiumin yang sekarang sedang mengelap sumpitnya.

“Kulihat dia tadi bersama temannya. Tapi, dia terlalu tega sampai-sampai meninggalkan temannya makan yang padahal sedang kesusahan,”

“...”

“Dan sepertinya aku sudah tahu apa kekuatannya, dia...”

“Baiklah, sudah cukup, Kai... Aku minta maaf, aku tadi lapar makanya... Aku singgah ke sini sebentar,” ucap Xiumin sambil memegang kedua lengan Kai dan menggesernya untuk duduk di depannya.

“Sebentar, huh?” tanya Kai dengan tampang bete dan kesalnya.

“Iya, iya... Maafkan aku. Ngomong-ngomong, apa yang kau bawa itu?” tanya Xiumin seraya menunjuk rubik yang dipegang oleh Kai.

“Ini? Rubik.” Jawab Kai singkat.

“Ayolah, Kai... Jangan ngambek begitu. Kau tahu maksudku, ‘kan?”

“Kutemukan ini jatuh di jalan. Kupikir aku harus mengembalikannya,”

“Kau baik sekali. Kupikir ini seperti bukan Kai saja,” ujar Xiumin sambil memegang dagunya dengan tampang pura-pura heran.

Feeling-ku mengatakan bahwa aku harus menemukan pemilik rubik ini,” katanya tidak menatap wajah Xiumin.

Feeling, eh? Kupikir kau bukan tipe cowok yang...”

“Hentikan itu! Lebih baik kita cari pemiliknya,” Kai berdiri dari tempatnya dan pergi menuju pintu keluar.

“Tunggu aku, Kai!” teriak Xiumin beranjak dari kursinya menyusul Kai.

Xiumin berjalan di samping Kai. Kai walaupun dengan ekspresi seriusnya, matanya tetap mencari-cari di setiap kesempatan.

Hyung, menurutmu apa yang dia itu orang yang bagaimana sampai-sampai membawa rubik di Myeongdong?” tanya Kai.

“Aku tidak tahu. Mungkin dia anak yang jenius?” jawab Xiumin seraya mengangkat tangannya bingung.

“Jenius itu... Identik dengan apa?”

“Rajin... Angkuh?”

“Kurasa tidak. Yang pasti kalau rajin itu dia pasti rajin belajar.”

“Belajar ya... Buku, lampu meja belajar yang selalu menyala di setiap malam dan...”

“Pensil!” celetuk mereka berdua bersamaan.

Mereka berdua kemudian bergegas ke toko alat tulis yang berada di Myeongdong. Mereka berdua menoleh ke kanan dan ke kiri. Lalu berlari ke arah counter yang terbuat dari kaca sejurus kemudian langsung memunggunginya dan bersandar.

“Kau melihat seseorang yang mencurigakan? Gunakan feeling-mu!” bisik Xiumin tergesa-gesa.

Ne, ne. Hyung, bisa geser sedikit?”

Xiumin menggeser badannya sedikit.

“Geser lagi,” Kai terus menitah dan Xiumin terus menggeser badannya. Salah satu pelayan yang melihat adegan aneh ini hanya menatap bingung dan menggelengkan kepalanya, anak muda zaman sekarang, batinnya.

Karena hanya fokus ke depan, Xiumin tidak melihat bahwa di sebelahnya ada seseorang dan...

Bruk!

Xiumin menabrak pelan orang tersebut.

“M-mianhamnida,” kata Xiumin refleks seraya membungkukkan badan. Sedangkan yang ditabrak hanya tersenyum sekilas dan melanjutkan kegiatannya.

Kai memerhatikan orang, atau lebih tepatnya pemuda yang ditabrak Xiumin tadi. Pemuda itu menunjuk sebuah penyerut pensil berbentuk... Hello Kitty?
Kai menatap hanya menatap pemuda itu dengan kaget. Salah satu pelayan mengambilnya dan memberikan penyerut pensil tersebut dan langsung dibayar oleh pemuda yang menunjuk benda itu tadi.

“Gamsahamnida~” ujar pemuda tersebut.

Xiumin juga ikut memerhatikan pemuda tersebut.

Logatnya aneh,’ batin Xiumin.

Pemuda itu pergi bersama teman-temannya yang dominan adalah perempuan, bukan, semuanya perempuan dan berjumlah tiga orang. Sebelum benar-benar meninggalkan toko tersebut, pemuda itu berbalik dan tersenyum ke arah Xiumin dan Kai.

Yang disenyumi malah bingung harus membalas bagaimana.

“Kurasa dia bukan orang Korea,” kata Xiumin yang terus melihat punggung pemuda itu.

“Taiwan atau China?”

“Entahlah...”

-12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens)-

Seongnakwon Park, Seoul

Hari sudah malam. Xiumin dan Kai berjalan berdampinganjangan salah mengartikan hal inidi sebuah taman bergaya joseon, yang dibangun pada masa pemerintahan Raja Cheoljong.

“Apakah hari ini sia-sia?” tanya Kai.

“Aku sudah menghabiskan waktukuuuuu~!!” jerit Xiumin seraya menjambak rambutnya yang agak gondrong.

“Kalian mencariku?”

“Eh?” pekik Xiumin dan Kai bersama-sama ke suatu objek yang sedang duduk di sebuah bangku panjang di samping lampu taman yang dipenuhi oleh laron.

Pemuda yang tadi!’ batin mereka bersama-sama lagi yang masih terpaku dengan posisi awal mereka. Kai yang sedang dalam perjalanan akan melempar rubik tersebut secara horizontal ke arah Luhan dan Xiumin yang masih dalam keadaan menjambak rambut.

“Kalian mencari orang yang sama seperti kalian, ‘kan?” tanya pemuda itu seraya tersenyum ramah.

“EH?”

“Hahaha... Tidak perlu sekaget itu,” ujarnya kemudian melepas handband berwarna putih yang dilingkari oleh jam tangan di pergelangan tangan kirinya, menunjukkan sesuatu kepada Xiumin dan Kai.

“AAAAH!!! Tanda itu!” tunjuk Xiumin yang juga direspon oleh wajah syok Kai.

“‘Tanda itu’?” tanya pemuda itu mengamati tanda di pergelangan tangan kirinya. Tanda itu berbentuk tiga bulatan yang menyambung di atas dan di bawah, di tengahnya ada bentuk bulat yang paling besar dan di sekitar atas dan bawahnya ada garis melengkung.

“Umm... Ngomong-ngomong, aku ingin mengambilnya,” ucapnya sambil berdiri dan menunjuk rubik yang dipegang oleh Kai.

“Oh, ini...” Kai memberikannya dan diterima pemuda itu sembari menyunggingkan senyum.

“Gamsahamnida~”

-12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens)-

Sooman’s office

“Hahahaha... Usaha yang bagus, anak-anak,” ujar Sooman seraya bertepuk tangan.

“Tidak kusangka akan semudah ini mendapatkannya,” kata Xiumin seraya berkacak pinggang.

Kai yang mendengarnya hanya memasang wajah bete sedangkan pemuda yang berada di tengah hanya tersenyum polos.

“Jadi, Luhan, ya? Xi Luhan?” tanya Sooman.

Ne,” jawab pemuda yang ternyata bernama Luhan tersebut.

“Sudah kuduga, pasti orangnya bukan dari Korea,” kata Xiumin sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

“Luhan, bisa kulihat tandamu?” pinta Sooman.

Luhan melepas jam tangan dan handband yang ia gunakan untuk menutupi tandanya.

“Hmm... Begitu, ya? Jadi, kekuatanmu...”

“Telepati!” celetuk Kai menepuk genggaman tangannya.

“Salah besar!” tentang Sooman.

“Hah!?” pekik mereka bertiga kaget.

“Bukan telepati, tapi telekinesis.”

“T-telekinesis?” tanya Luhan.

“Kau tidak tahu? Oh, jangan-jangan kau ini adalah Luhan yang itu!” seru Sooman seraya menjentikkan jarinya.

“‘Luhan yang itu’?” mereka bertiga bingung dengan perkataan Sooman.

“Xi Luhan, keluargamu memang hebat. Kekuatan membaca pikiranmu, atau telepati, menurun dari cenayangmu. Kekuatanmu yang sebenarnya adalah telekinesis, berbeda dengan telepati,” jelas Sooman.

Luhan hanya diam dengan ekspresi kagetnya.

“Telekinesis itu yang bagaimana?” tanya Xiumin.

“Mengendalikan sesuatu dengan bebas sesuai dengan apa yang kita inginkan dengan pikiran,”

“Aku iri sama kekuatan Luhan deh,” rengut Xiumin.

“Telepati dan telekinesis,” ucap Kai mengangukkan kepalanya paham.

“Nah, Luhan... Selamat datang di Pasukan EXO!” sambut Sooman sambil merentangkan tangannya.

CEKREK!

Self-portrait
Nama: Xi Luhan
Nama panggilan: Luhan
Tanggal lahir: 20 April, 1990
Tinggi badan: 176 cm      
Keahlian: Telekinesis

-12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens)-

Bongeun Temple (Gangnam-gu, Seoul)

Hari ini adalah di Kuil Bongeun sedang diadakan sebuah festival. Di halaman depan kuil, banyak sekali orang-orang yang juga ikut meriahkan festival ini. Dimulai dari anak-anak dan orang dewasa berkunjung ke Kuil Bongeun.

Banyak juga stand makanan yang menjual makanan khas Korea, para pedagang souvenir pun tidak ketinggalan ikut mencari keuntungan di sini.

Di samping kiri kuil, ada orang-orang yang mengenakan baju serba hitam. Sepertinya akan ada pertunjukan bela diri.

“Whoa~ ramai sekali! Ada acara apa, ya?” seru Luhan melihat sekelilingnya.

“Hmph... Kenapa aku harus bersamanya?” gerutu Kai pelan sembari menunjuk Luhan yang sedang asyik dengan dunianya sendiri.

“Tidak sopan! Begini juga aku adalah seniormu,” kata Luhan sambil memukul tangan Kai yang menunjuknya. Kai hanya diam dan tidak berkata apa-apa.

Tiba-tiba semua orang berlari ke depan kuil. Terdengar bunyi gong dari sana.

“Ayo, Kai, kita ke sana!” ajak Luhan seraya menarik lengan Kai, yang diseret pun hanya menghela napas panjang.

Dengan susah payah Luhan dan Kai menyerobot para penonton yang sudah lebih dahulu datang. Kai meminta maaf dengan sopan dan tersenyum maklum.

“Mianhamnida! Maafkan teman saya!” ucap Kai yang masih diseret oleh Luhan.

Mereka pun akhirnya berdiri di barisan paling depan. Luhan memekik senang sedangkan Kai yang di sebelahnya sudah memandangnya sebal.

Di depan kuil ada beberapa wanita yang menggunakan cheongsam sedang menari dengan kipas di tangannya. Tidak hanya wanita, ada juga pria yang menari sambil membawa genderang. Ternyata kuil ini sedang mengadakan festival dari China.

“Kai! Ini yang namanya Yangge! Di China, hari ini adalah hari kelima belas Imlek. Pantas saja ramai sekali,” jelas Luhan, ada nada bangga dalam kalimatnya tadi.

Benar juga, Luhan-hyung ‘kan dari China,’ batin Kai.

Tariannya semakin meriah karena munculnya Barongsai dari belakang kuil. Semua penonton terpesona, tidak terkecuali Luhan dan Kai.

Lagu pun berhenti menandakan tarian sudah selesai. Tidak lama kemudian, muncullah sekitar duapuluh orang yang memakai baju serba hitam tadi. Mereka sedang melakukan gerakan-gerakan wushu.

Para penonton langsung terkagum-kagum oleh gerakan-gerakan yang hebat tersebut.

Luhan memerhatikan satu persatu gerakannya. Tiba-tiba matanya menangkap sesuatu yang mengkilat, bukan, lebih tepatnya bersinar sekejap.

Apa itu tadi?

Luhan mencari-cari kembali dan akhirnya ia menemukan sesuatu yang bersinar tadi. Sesuatu itu berada di salah satu orang yang mengenakan pakaian serba hitam yang sedang melakukan wushu.

Karena terlalu jauh, ia memicingkan matanya. Terlihat olehnya sesuatu yang bersinar kecil di dada seseorang, tepat di antara dadanya yang bidang. Sangat jelas sekali karena kerahnya berbentuk tarekubi.

“I-itu ‘kan,” Luhan membelalak kaget. Tak disangka akan menemukannya di sini.

Aku harus cepat!’ batinnya semangat dalam hati.

“Kai! Kau lihat cowok itu?” tunjuk Luhan pada orang tadi.

“Hmm... Ya, ada sekitar puluhan cowok di situ,” kata Kai acuh tak acuh.

“Aku serius! Cowok yang di paling belakang, yang memakai... Tunggu dulu, kenapa dia pakai sepatu sport di acara begini?” tanya Luhan dengan ekspresi herannya.

“Oh, cowok yang itu. Aku melihatnya, ada apa?”

“Dia menarik...” kata Luhan polos.

“Apa? Hyung...” Kai melihat Luhan dengan ekspresi penuh curiga.

Aniya, aniya! Maksudku, aku tertarik padanya soalnya dia itu hebat sekali~” sanggah Luhan mengerti arti tatapan Kai.

Hyung, kau... Normal, ‘kan?” tanya Kai penuh waspada.

Aniya, aniya! Ah... Ne, ne! Aku normal, sungguh!” jawab Luhan seraya mencengkram bahu Kai dengan ekspresi penuh keyakinan.

“Baiklah, baiklah... Hei, lihat, pertunjukannya sudah selesai,” ucap Kai mengalihkan perhatian.

“Gawat! Ayo, kita ikuti dia!”

“Aduh! T-tunggu sebentar!”

Luhan menarik lengan Kai paksa dan bersembunyi di balik pohon di samping kuil. Luhan berjongkok dan di atasnya ada Kai yang sedang setengah berdiri.

Hyung, kau mau apa?” tanya Kai sambil berbisik.

“Lihat baik-baik dadanya,”

Hyung, kau yad...mmp...hpfff!”

“Jangan bicara sembarangan!” bisik Luhan galak sambil membekap mulut Kai dengan kedua tangannya.

Kai yang awalnya bertujuan untuk bercanda malah menjadi bete. Kai menuruti perintah Luhan melihat dada orang tersebut yang sedang memakai jaket berwarna abu-abu. Ketika orang itu merentangkan tangan kanannya memasukannya ke lengan jaket. Kerah hitam tarekubi-nya sedikit tergeser dan terlihatlah sesuatu berupa tanda berbentuk jam pasir yang bersinar karena terpantul cahaya matahari.

Melihat ekspresi kaget Kai, Luhan tersenyum puas.

“Lihat? Aku tidak seperti yang kau pikirkan,” ucapnya.

Mianhaeyo...” ujar Kai tidak menatap wajah Luhan.

“Hahahaha... Ayo, kita ikuti dia.” kata Luhan menepuk kepala Kai yang lebih tinggi darinya.

Kai sedikit merona dan mengikuti Luhan dari belakang.

Gangnam’s Street, Seoul

Luhan sudah memakai kacamata hitam dan merapatkan kupluk coklatnya. Sedangkan Kai menggunakan masker dan menudungkan kepalanya dengan jaket hitamnya, ia sudah menyiapkan sebuah koran di tangan kanannya. Agak mencurigakan memang.

Jarak Luhan dan Kai dengan orang tersebut cukup dekat, kurang lebih lima meter.

Orang berjaket abu-abu itu menoleh ke belakang karena merasa sedang diikuti. Langsung saja Kai membuka koran dan membacanya, Luhan sudah duluan berpura-pura melihat poster di samping kirinya karena tahu bahwa orang itu sudah sadar sedang diikuti.

Merasa orang tersebut sudah tidak memerhatikan mereka lagi, mereka mulai melakukan aktifitasnya tetapi...

“Eh!? Tidak mungkin! Ke mana dia pergi?” tanya Luhan sambil melepas kacamatanya.

“Dia menghilang! Jangan-jangan kekuatannya adalah teleportasi? Sama sepertiku!?” seru Kai.

“Memangnya dari dua belas anggota pasukan ada yang memiliki kekuatan yang sama?” tanya Luhan.

“Entahlah tapi... Lebih baik kita cari dia dulu!”

Luhan dan Kai mencari-carinya dimulai dari toko alat musik, mini market, toko parfum, sampai toko mainan.

“Dia tidak ada,” kata Kai melepas tudungnya.

“Aku masih belum paham.”

“Lalu, kalau bukan teleportasi. Namanya apa?” ucap Kai seraya menaikkan salah satu alisnya.

“Oh, begitu! Berpindah tempat super cepat, ya?” Luhan menjentikkan jarinya paham.

“Itu sama saja, Hyung!

“Apakah dengan telepati atau kekuatan telekinesis Hyung bisa melacak jejaknya?” tanya Kai.

“Aku belum pernah melakukan yang satu itu, tapi boleh juga untuk dicoba.”

Luhan memejamkan kedua matanya.


Pikiran yang kesepian...


Tidak ada seorang pun...


Semuanya selalu begitu...


Tidak ada yang peduli lagi...


...


...


...


“Dapat!!!” seru Luhan membuat Kai yang sedari tadi memerhatikannya kaget setengah mati.

“Ya ampun... Bisakah Hyung tidak tiba-tiba seperti itu?” kata Kai sembari mengelus-elus dadanya.

“Kita ke kuil sekarang!” Luhan lekas pergi meninggalkan Kai.

“Kenapa tanganku tidak ditarik lagi?” gumam Kai berlari mengejar Luhan.

Bongeun Temple (Gangnam-gu, Seoul)

Kini Luhan dan Kai sudah bersembunyi di semak-semak yang tempatnya tidak jauh dari kuil. Mereka dapat melihat orang tadi sedang melepaskan sepatu sport putihnya.

“Kekuatanmu fleksibel sekali, ya, Hyung. Umm... Hyung? Kau mendengarku?” tanya Kai sambil meraba-raba angin di sebelahnya. Tidak ada Luhan di sampingnya.

“Tunggu!” seru Luhan. Kai yang masih diam di balik semak-semak hanya bisa menatap kaget dengan mulut setengah terbuka melihat Luhan yang tahu-tahu sudah menampakkan sosoknya di depan orang itu. Kai pun menepuk dahinya, ‘Hyung... Apa yang akan kau lakukan?

“Hn... Ada apa?” tanya orang tersebut yang masih diam pada posisi awalnya. Membuka tali sepatu dan membelakangi Luhan.

“Umm... Bisakah kau berbalik?” pinta Luhan seraya memutarkan tangan kanannya, menyuruhnya agar dia berbalik.

Orang itu akhirnya berbalik. Dengan ekspresi yang sangat dingin dan menyeramkan, ia menatap Luhan dan Kai―yang masih bersembunyi di balik semak-semak―secara bergantian.

Glek...’ Luhan dan Kai menelan ludah dengan susah payah.

Apakah aku bisa berbicara dengannya secara baik-baik?’ batin Kai. Kemudian ia keluar dari tempat sembunyinya.

Hyung... Katakan sesuatu,” titah Kai yang sudah berada di sebelah Luhan.

“Begini... Kau adalah kekuatan kami, pria muda!” teriak Luhan dengan sangat polosnya.

“Apa maksudmu, Hyung!?” Kai menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

“Bahasa Koreamu buruk juga,” ujar orang itu yang masih yang berada di depan Luhan dan Kai. Ia mendengus pelan, menahan tawa.

“Tidak berjalan dengan sukses, ya?” kata Luhan menatap Kai seraya menjulurkan lidah dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Biar aku saja,” Kai memantapkan langkahnya ke depan untuk lebih dekat orang tersebut.

“Kai imnida, kau?”

“...”

Dia menanyakan namamu!” seru Luhan dari belakang menggunakan bahasa China.

“...”

Kai menunggu jawaban dari orang yang di depannya.

Set!

“APA!?” Kai baru saja mengedipkan matanya lalu orang tersebut sudah menghilang.

“Dia cepat sekali!” kata Luhan yang ikut terkejut atas menghilangnya orang yang beberapa detik lalu masih di depan Kai.

“D-dia bukan hantu, ‘kan?” tanya Kai. Kakinya sedikit bergetar.

Luhan berpikir keras, berusaha mencari ke mana dia pergi. Tapi, nihil. Tidak terasa apa-apa sama sekali. Semakin terus ia mencari, rasanya semuanya menjadi gelap. Dan dingin.

-12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens)-

Guest Room M, SM (Star Mansion) Building

“Begitu rupanya...” kata Sooman seraya menghela napas panjang.

Xiumin hanya diam sambil memberikan Luhan yang sedang duduk di tepi tempat tidur secangkir teh hangat.

Mianhamnida... Kami gagal dari misi,” ucap Kai menunduk.

Sooman tidak menanggapi, lalu memberikan sebuah potongan kertas kecil dan sebuah bolpoin dari saku jasnya kepada Kai. Kai menerimanya kemudian memandang Sooman dengan maksud meminta penjelasan.

“Gambar tanda anak itu,” titahnya.

N-ne,” Kai mencoba menggambarnya sesuai dengan apa yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Ia menggambar dua buah segitiga sama sisi yang salah satu sudutnya bertemu satu sama lain. Sisi bawahnya agak melengkung dan Kai mewarnai salah satu setengah sisinya menjadi warna hitam, lalu...

“Cukup, Kai...”

Kai berhenti menggambar. Kai memberikan kertas tersebut kepada Sooman.

“Jadi, anak ini, ya?” gumam Sooman.

Luhan dan Kai mengangguk pelan.

Time control... Aku pernah bertemu dengannya sekali,” ujar Sooman sembari melihat langit-langit kamar.
Time control? Pengontrol waktu?” Kai masih heran.

“Eh? Jadi, bukan berlari super cepat, ya?” gumam Luhan kepada dirinya sendiri.

“Lalu, kenapa dia bisa menghilang tiba-tiba?” tanya Kai.

“Bukan menghilang, tapi menghentikan waktu lalu melarikan diri,” jelas Sooman.

“Kalau begitu, susah sekali mendapatkannya!” kata Xiumin sambil meremas celananya.

“Tidak. Aku akan bicara padanya, sekarang juga.” ujar Luhan mantap seraya beranjak dari tempat tidur.

Hyung... kau ‘kan masih...”

“Tenang saja, bisa kuatasi. Aku pergi dulu,” Luhan membungkuk dan pergi meninggalkan kamar.

“Kita do’akan saja semoga berhasil,” Sooman pun ikut keluar. Meninggalkan Xiumin dan Kai yang masih ada dalam kamar.

-12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens)-
                                                            
Mokpo-si, South Jeolla Province

Luhan berjalan dengan santainya di sebuah taman. Matanya berkeliaran kesana-kemari mencari seseorang. Ia mengeratkan syal hitam di lehernya.

Tidak lama kemudian, akhirnya ia menemukan seseorang yang dicarinya sedang duduk di pinggiran air mancur.

Ni hao!” sapa Luhan ramah melupakan napasnya yang tersengal-sengal.

Orang tersebut tidak membalas apa-apa.

Jauh juga kau kabur,” kata Luhan berbasa-basi,
                   
Orang tersebut berdiri bermaksud meninggalkan tempat itu.

Tunggu dulu!” seru Luhan ketika melihat orang itu mulai berjalan meninggalkannya.

Apa maumu?” tanyanya seraya berbalik dengan kedua tangan yang bertengger di kedua saku celananya.

Tidak enak kalau ngobrol sambil berdiri begini. Ayo, duduk, Tao...” ujar Luhan sembari menepuk pinggiran air mancur.

Orang yang dipanggil Tao tadi hanya menatap Luhan kaget, walaupun tidak kentara karena ekspresi dinginnya mengalahkan ekspresi kagetnya. Tao pun duduk di sebelah Luhan.

Namaku Luhan, Xi Luhan. Aku ke sini karena...

Kenapa kau bisa tahu namaku?” tanya Tao memotong perkataan Luhan.

Yah, begitulah... Aku memiliki bakat itu sejak lahir, menurun dari keluargaku,” jelas Luhan.

Jadi, apa yang kau inginkan dariku?

Aku ingin menjadi temanmu,” kata Luhan tersenyum.

Kenapa ingin menjadi temanku?

Eh? Umm... Itu...

Kalau memang punya tujuan yang lain, katakan saja,” katanya sangat datar.

Tidak kok! Tujuanku hanya itu, menjadi temanmu!” sanggah Luhan.

Tao menatap Luhan yang sedikit panik, tapi walaupun begitu ia dapat melihat kesungguhan dari matanya. Cowok ini memang ingin menjadi temannya.

Kalau begitu, kenapa kau ingin berteman denganku?

Karena kulihat kau kesepian...

Tao tidak bisa menyembunyikan ekspresi kagetnya yang luar biasa. Alisnya mengerut lalu ia berkata,

Aku tidak butuh yang seperti itu,” ucap Tao sembari menunduk.

Senyum penuh harap Luhan memudar. Melihat Tao yang terus menunduk dan tidak berkata apa-apa lagi, ia melepaskan syal di lehernya lalu melingkarinya di leher Tao.

Tao yang menyadari perbuatan Luhan langsung menghentikannya.

Apa yang kau lakukan!?” seru Tao.

Kau kedinginan, makanya aku...

Kenapa kau sampai seperti ini? Mengejarku ke tempat yang sangat terpencil, membiarkan dirimu sendiri kedinginan, lalu masih saja bisa tersenyum seperti itu?

Itu karena aku tulus ingin menjadi temanmu,” ucap Luhan sambil tersenyum lebar.

Tao yang baru pertama kali merasakan hal yang seperti ini, tidak tahan lagi untuk menahan air matanya yang jatuh melewati kedua pipinya.

Sudah kubilang, aku tidak butuh yang seperti itu...

Tapi... Tao? EH!? Kenapa kau menangis?” tanya Luhan panik.

Tao sesegera mungkin menghapus air matanya menggunakan punggung tangannya. Lalu, tersenyum. Senyum yang belum pernah ia perlihatkan lagi sejak kejadian itu.

‘Rasanya... Hangat,’ batin Tao.

Terima kasih, sudah mau menjadi temanku.” Kata Tao menatap Luhan yang terlihat sangat gembira.

Sama-sama. Senang rasanya bisa menjadi temanmu!

Lalu, apakah ada yang bisa aku lakukan untukmu?” tanya Tao.

Mendengar pertanyaan yang dilontarkan Tao, atau lebih tepatnya pertanyaan yang ia tunggu-tunggu, Luhan pun menyeringai sangat lebar.

Kau harus membantuku menyelamatkan dunia!” seru Luhan seraya berdiri dan menunjuk Tao dengan tangan kanannya.

Menyelamatkan dunia?

-12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens)-

Sooman’s office

“Hahahaha... Akhirnya kau menerimanya juga,” ujar Sooman melihat Tao―yang beberapa tahun lalu pernah gagal dibawanya―dengan ekspresi kesalnya.

Kenapa kau mengajakku ke sini?” tanya Tao menuntut jawaban dari Luhan.

“Hehehehe...” Luhan hanya membalas dengan cengiran.

“Nah, Tao? Kau bisa menggunakan bahasa Korea?” tanya Sooman.

“Aku... Tidak bisa menggunakan bahasa Korea dengan lancar,” ucap Tao sedikit terbata.

“Tenang, ada kami yang akan membantumu!” kata Xiumin dari balik pintu, Kai berada di belakang Xiumin.

“Kalian ini, ketuk dulu sebelum masuk! Dan sejak kapan kalian ada di sini?”

Mianhamnida, Sooman-ssi. Kami juga ‘kan ingin ikut berkumpul. Masa’ setelah mendapatkan dua anggota pasukan EXO yang lebih tangguh dan gagah kami dilupakan?” tanya Xiumin dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat.

“Sudahlah, Hyung...” ujar Kai seraya menyenggol lengan Xiumin dengan sikunya.

“Yang penting sekarang kalian sudah bersama. Selamat datang, Huang Zitao! Welcome!” sambut Sooman.

Tao mengangguk menandakan ia menerima sambutan oleh Sooman.

CEKREK!

Self-portrait
Nama: Huang Zitao
Nama panggilan: Tao
Tanggal lahir: 2 Mei, 1993
Tinggi badan: 185 cm      
Keahlian: Pengontrol waktu (Time control)

“Ingat, misi kalian masih banyak,” ucap Sooman dengan mimik tidak bercanda.

Luhan dan Tao yang baru bergabung pun menatap Sooman tidak main-main.

“Nah, Xiumin-ah! Kau mendapatkan misi baru!”

“Eh? Misi apa?” tanyanya dengan raut yang menunjukkan kekecewaan.

“Ini...” Sooman memberikan sebuah buku.

“Apa ini? Buku harian?”

“Buka saja,”

“Tunggu dulu! Apa itu tidak sopan kalau membukanya sembarangan?” cegah Luhan.

Xiumin melihat Luhan dengan buku yang sudah terbuka di halaman pertama.

“A-aku sudah membukanya sebelum Sooman-ssi menyuruhku!” kata Xiumin mencoba menghindari tatapan dasar-Hyung-yang-tidak-sopan milik Luhan.

Tidak ada boleh yang membukanya, kecuali tidak sengaja! Korea Chuggu Haggyo. Kim...

“Korea Chuggu Haggyo? Bukannya itu nama sekolah, ya?” celetuk Kai memotong kalimat yang dibaca oleh Xiumin.

“Benar, Kai. Salah satu sekolah sepak bola di Korea,” kata Sooman.

“Gambar loncengnya bagus,” ujar Tao melihat buku harian yang masih dipegang oleh Xiumin

“Jadi, misiku adalah mencari pemilik buku ini dengan modus mengembalikan buku hariannya?” tanya Xiumin.

Bingo! Asistenku yang menemukannya di Busan,”

Xiumin mengangguk-angguk dan membaca buku hariannya bersama Tao, tidak menghiraukan Luhan yang terus menasihatinya agar tidak membaca bukunya. Kai sweatdrop melihat mereka bertiga. Sedangkan Sooman yang merasa anak-anak di depannya tidak sopan langsung berdiri.

“Yah... Kenapa kalian masih di sini? Xiumin, laksanakan misimu sekarang juga!” titah Sooman.

“S-siap, laksanakan!”

-12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens)-
                     
Busan Asiad Stadium, Busan

Xiumin berada di sebuah stadion sepak bola, ia duduk di kursi penonton sembari memakan sebuah bakpao.

“Aku sudah di sini selama hampir dua jam dan tidak ada yang terjadi. Jika aku terus menunggu sambil duduk begini dan makan bakpao terus, berat badanku bisa naik,” celotehnya dengan wajah bete.

GOAAAAL!!!” teriak salah satu orang yang sedang bermain bola di situ.

“Anak itu berisik sekali, sih? Catatan terakhir yang ditulis olehnya di buku hariannya, dia memang akan latihan sepak bola di sini. Lagipula kenapa mereka tidak memakai name-tag mereka? Aku ‘kan jadi tidak tahu dia yang mana.”

Xiumin tetap setia menunggu, sampai akhirnya langit sudah gelap dan lampu stadion menyala.

“Teman-teman! Sudah malam, lebih baik kita pulang sekarang!” seru orang yang berada di lapangan.

“Seharusnya kalian pulang dari tiga jam yang lalu!” gumam Xiumin agak keras.

Masih dengan menggumam tidak jelas, ia bisa melihat sesuatu yang mengkilat di lapangan sana.

“Eh, apa itu?” Xiumin memicingkan matanya lucu mencari-cari sesuatu yang bersinar tadi.

Tiba-tiba ia melihat seorang laki-laki di ujung tempat duduk memisahkan diri dengan teman-temannya sedang membuka leg-band di pahanya.

“I-itu... Berarti dia...” dengan terbata-bata Xiumin meninggalkan bangkunya dan langsung berlari secepat mungkin yang ia bisa menuju ruang ganti.

“Untung saja aku membawa baju olahraga untuk persiapan,” gumamnya.

Xiumin sudah berada di ruang ganti. Ia berpura-berpura membuka bajunya, lalu ia mendengar suara berisik khas cowok dan langkah banyak orang.

Mereka datang!’ batin Xiumin berdebar-debar.

“Harusnya kau bisa menendang lebih kuat, Eunhwa!”

“Berisik! Kau saja yang terlalu cepat menangkapnya,”

“Hahahaha~”

“Kalau aku pulang jam segini, ibuku bisa marah nantinya,”

“Sangji, nanti temani aku beli donat di bibi Park Eun, ya!”

Xiumin hanya bisa memakai baju olahraganya dengan diam dan sesekali menutup kedua telinganya.

“Ya, Jongdae! Kau mau ke mana?” tanya seorang laki-laki tinggi yang hanya mengenakan celana olahraganya.

Orang yang dipanggil ‘Jongdae’ tadi membalikkan badan lalu menjawab,

“Ke rumah. Ibuku sedang menunggu,”

“Oh, ya sudah. Hati-hati, ya!”

Ia hanya mengangguk kemudian pergi dari ruang ganti.

AKU MENDAPATKANMU! Tunggu aku, Kim Jongdae!’ batin Xiumin histeris sambil membereskan bajunya dan pergi mengejar Jongdae.

-12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens)-

Xiumin mengenakan topi sport dan baju olahraga yang dilapisi oleh pancoat berwarna hitam.

Di tengah keramaian Busan di malam hari, Xiumin tetap mengikuti Jongdae. Sampai pada akhirnya Xiumin memasuki daerah perumahan.

Nam-gu, Gwangju

Jadi, dia tinggal di sini?’ tanyanya pada diri sendiri. Ia melihat Jongdae masuk ke sebuah rumah.

Xiumin berhenti dan terpaku sejenak.

“Bagaimana caranya aku masuk?” Xiumin mengepalkan kedua tangannya gemas.

Xiumin berpikir sebentar lalu memantapkan dirinya.

“Baiklah, terpaksa aku harus melakukan ini!”

Xiumin berjalan menujur rumah tersebut. Setelah sampai di depan pintu rumah, ia menekan bel dengan jari telunjuknya yang bergetar sembari menutup mata.

Ting... Tong...

Xiumin bisa mendengar suara kenop pintu yang di buka dari dalam.

“Kamu siapa, ya?” tanya seseorang yang membukakan pintu. Seorang wanita yang kira-kira berumur 40 tahunan.

Annyeonghaseyo, Minseok imnida. A-anu... Saya temannya Jongdae,” kata Xiumin sedikit gelagapan.

Geraeyo? Kalau begitu silakan masuk,” ucapnya ramah.

Xiumin masuk dengan sedikit ragu, lalu duduk di ruang tamu.

Jongdae’s House

“Jongdae! Ada temanmu!” seru wanita itu dari bawah.
                           
‘Gawat! Kalau dipanggil ke sini bagaimana nantinya!?’ batin Xiumin panik.

Tapi tidak ada jawaban apa-apa dari Jongdae.

“Anak itu... Minseok-ah, langsung saja ke kamarnya, ya. Sepertinya dia sedang tidur.”

“Umm... Ne,”

“Kau tahu kamarnya di mana?” tanya wanita itu.

Aniya...” jawab Xiumin seraya menggeleng.

“Sudah kuduga, kau baru pertama kali ke rumah Jongdae, ya? Naik saja ke atas lalu cari saja pintunya, ada namanya kok,” jelasnya.

Gamsahamnida!” ujar Xium sembari membungkuk sopan.

Xiumin melangkahkan kakinya ke tangga dan berjalan naik ke atas. Sesampainya, ia mencari-cari kamar targetnya.

Ini dia... Kim Jong Dae...’ batin Xiumin.

Xiumin menarik napas dalam-dalam lalu mengeluarkannya secara perlahan, kemudian memantapkan nyalinya.

Tok... Tok... Tok...

“Ngghhh... Tumben sekali... Mereka ‘kan tidak pernah mengetuk pintu kamarku,” keluh Jongdae seraya bangkit dari tempat tidurnya dan membuka pintu.

“Kenapa harus di... WAAAH!? Siapa k... hmph!!!”

“Psstt!”

Brak!

Ceklek.

“Tunggu, tunggu! Aku bisa jelaskan!” bisik Xiumin masih membekap mulut Jongdae.

“Hmph...” kata Jongdae sambil mengangguk.

Xiumin melepaskan tangannya lalu mengambil sebuah buku dari ranselnya.

“Ini.”

“Ah... Buku harianku!” seru Jongdae seraya menerima bukunya dari Xiumin.

“Kau tidak membacanya, ‘kan?”

“Umm... Mianhamnida. A-aku tidak sengaja,” ucap Xiumin takut-takut, sesekali melirik Jongdae yang tidak bereaksi apa-apa.

“Jongdae, buka pintunya!”

Ne, eomma! Tunggu sebentar,” ujar Jongdae sembari berjalan lalu membuka pintu.

“Ini suguhan untuk temanmu,” kata wanita itu memberikan Jongdae sebuah nampan yang di atasnya terdapat dua gelas jus lemon.

Teman?’ batin Jongdae heran. Lalu menerima nampannya.

Ne, gamsahamnida,”      

Blam...

Setelah menutup pintu, Jongdae memberikan satu gelas jus lemon kepada Xiumin. Mereka meminum jusnya dengan diam, sampai Xiumin berkata sesuatu.

“Jongdae-ssi? Boleh aku bertanya?

“Bertanya apa?”

“Sesuatu yang terdapat di pahamu, tepatnya di situ,” kata Xiumin menunjuk paha kanan Jongdae.

“Oh, ini...” Jongdae menarik-narik celana pendeknya untuk menutupi tanda tersebut.

“Kenapa?”

“Aku hanya tidak suka dengan tanda ini. Lagipula aku juga tidak tahu apa-apa tentang tanda ini, kalau kau mau bertanya,”

“Begini, Jongdae-ssi. Kau adalah... Bagaimana cara mengatakannya, yah? Kau itu sama seperti aku,” ujar Xiumin kebingungan.

“Apa maksudmu?” tanya Jongdae memicingkan matanya curiga.

“Itu... Aduh, bagaimana, ya?” gumam Xiumin kebingungan.

Kai’s House

“Makan ramyeon di malam hari memang terasa lebih nikmat,” kata Kai seraya membelah sumpitnya.

Masitge deuseyo!

Kriiing... Kriiing... Kriiing...

Kai mendengar ada sebuah panggilan di telepon selulernya, ia pun memegang kedua sumpitnya dengan tangan kiri lalu mengambil teleponnya di saku kanan celananya.

“Xiumin-hyung? Yeoboseyo...” sapa Kai datar menjawab telepon dari telepon selulernya.

KAI! Cepat ke sini dan bantu aku! Lacak aku pakai GPS atau tanya saja pada Luhan! Bye!
                                            
Tuut... Tuut...

“Aish... Seenaknya saja,” gumamnya bete. Kai melihat ramyeon miliknya yang belum tersentuh dan tercicipi sama sekali. Dengan sangat keberatan ia pun menyimpan sumpitnya. Kemudian melihat telepon selulernya. Kai mencari kontak Xiumin, memilih tab pilihan lalu menekan  “Find ”. Setelah menemukan lokasi Xiumin, ia pun menutup mata.

Wuuush~

Kai menghilang seketika.

Jongdae’s House

Xiumin menaruh telepon selulernya di saku pancoat hitamnya.

Jongdae masih dalam posisi waspada di atas tempat tidurnya, tiba-tiba...

Wuuush~

Kai berteleportasi ke lokasi di mana Xiumin berada, tepatnya di kamar Jongdae, dalam posisi duduk di atas kursi dekat meja belajar milik Jongdae.

“Yah... Xiumin-hyung, ada apa?” tanya Kai santai. Sedangkan Jongdae yang melihat Kai hanya bisa membelalakkan matanya dengan mulut yang terbuka lebar.

“A-a... A-aaa...” Jongdae pun langsung kehilangan kesadarannya.

“Kai! Dia pingsan! Bagaimana ini?” seru Xiumin seraya menepuk-nepuk pelan pipi Jongdae.

Mollayo...” ucap Kai kelewat santai.

“Lain kali jangan muncul tiba-tiba begitu! Dia ‘kan belum terbiasa! Aku yang melihatnya saja kaget,” ujar Xiumin menasihati Kai. Kai yang mendengarnya hanya mengangguk acuh tak acuh, ia sibuk memikirkan ramyeon yang sepertinya sebentar lagi mulai dingin.

Xiumin dan Kai menunggu Jongdae hingga sadar.

“Akhirnya kau sadar juga,” kata Xiumin, ada perasaan lega di dalam hatinya. Xiumin dan Kai masih melihat Jongdae dengan seksama.

“WAAAAA!!! K-kali...”

Tok... Tok... Tok...

“Jongdae-ya, buka pintunya!” seru seorang wanita.

E-eomma!? Ne, ne... Tunggu sebentar!” kata Jongdae sambil berlari menuju pintu lalu membukanya.

“Ini ada dua roti dan cemilan untuk temanmu... Loh?” wanita itu bingung ketika melihat Kai.

“Baiklah, eomma akan mengambil rotinya satu lagi.” ucapnya masih dengan ekspresi herannya. Lalu ia berjalan ke arah tangga.

“Bukannya tadi yang datang cuma satu orang? Mungkin aku kelelahan, jadi mulai berkhayal...” gumamnya sambil memijat pelipisnya kanannya.

Blam...

Jongdae menutup pintu kamarnya.

“Wah, ada makanan!” seru Xiumin senang yang dibalas oleh senggolan kecil dari Kai.

“Jadi... apa tujuan kalian?” tanya Jongdae yang sudah meletakan nampannya di atas meja belajar miliknya.

“Kau adalah salah satu dari rekan kami. Mungkin ini sulit dipercaya, tapi kau dan kami adalah reinkarnasi dari pasukan seribu tahun lalu!” kata Xiumin.

“Hmph... Jangan bercanda!” teriak Jongdae marah. Ia merasa bahwa dua orang di depannya main-main.

“Kami tidak bercanda! Tanda itulah buktinya!” teriak Xiumin tidak mau kalah.

“Kalau kami tidak serius, aku tidak akan meninggalkan ramyeon-ku sendirian di rumah!”

Xiumin dan Jongdae melihat Kai yang bertampang wajah bete dengan wajah merahnya, entah marah atau malu.

“Ah! Cukup! Lebih baik kalian pergi!” Jongdae langsung membuka pintu kamarnya dengan kasar.

“T-tapi... Makanannya?” tanya Xiumin mencoba menahan Jongdae sembari menunjuk roti dan cemilan yang berada di atas meja belajar.

‘Hyung, kau tidak berguna!’ umpat Kai kesal, lalu menarik baju Jongdae. Mendekatkan wajahnya dengan wajah Jongdae.

“Kumohon... Dengar baik-baik, kau adalah salah satu dari sang Pe-nye-la-mat Du-ni-a.” ujar Kai dengan menekankan kalimat ‘Penyelamat Dunia’, sampai-sampai nafas Kai terasa sangat jelas di wajah Jongdae.

Jongdae tercengan dengan perkataan Kai. Tiba-tiba tanda milik Kai pun muncul. Tepat di mata sebelah kirinya. Melewati dari alis, kelopak mata dan kantung matanya.

Aku harus melawannya untuk memancing agar kekuatannya keluar! Tapi, bagaimana? Teleportasi tidak mungkin. Pembekuan? Tidak, tidak. Kembali ke masa lalu? Membaca pikirannya? Ah, sial! Semuanya tidak bisa dibutuhkan dalam situasi seperti ini!’ Kai sibuk bergelut dengan pikirannya sendiri, sedangkan Jongdae sudah tidak tahan dengan posisinya. Xiumin yang melihatnya juga menjadi tidak nyaman sendiri.

Kai pun mengeratkan genggamannya di baju Jongdae lalu langsung melemparnya ke arah tembok di belakangnya. Xiumin pun kaget dan tidak menyangka dengan perbuatan Kai.

“Kai!? Apa yang kau lakukan!” seru Xiumin lalu membantu Jongdae berdiri.

“Jangan bantu dia, Hyung. Kau, keluarkan kekuatanmu sekarang juga,” titah Kai.

“Apa yang kau bicarakan! Aku tidak...”

“Cepat!” Kai pun mengepalkan tangannya, lalu mengarahkannya ke arah Jongdae.

CTAAAAAAAAR!!!

Semuanya tercengang karena tiba-tiba ada petir yang sangat keras dan sangat dekat.

“A-apa itu?” tanya Kai, kepalannya tepat di depan hidung Jongdae nyaris mengenai wajahnya.

Tiba-tiba Xiumin dan Kai melihat tubuh Jongdae dikelilingi oleh petir kecil.

“Kau?” Xiumin mulai menjauh dari Jongdae. Kai menyeringai penuh dengan kepuasan.

“I-ini? Apa yang terjadi? Kenapa tubuhku...” Jongdae memerhatikan kedua telapak tangannya yang dialiri arus listrik.

“Selamat datang di keluarga kami...” kata Kai seraya mengulurkan tangan kanannya untuk membantu Jongdae berdiri. Jongdae termangu, lalu melihat wajah Kai yang sedang tersenyum. Senyum yang jarang diperlihatkannya.

Jongdae pun menerima uluran tangan Kai dan tersenyum kecil.

-12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens)-

SM (Star Mansion) Building

“Luhan imnida!” seru Luhan seraya meraih tangan Jongdae untuk bersalaman sambil tersenyum ramah.

N-ne, Kim Jongdae imnida...” balas Jongdae agak canggung.

“Loh? Kai? Kenapa tanganmu?” tanya Luhan menunjuk tangan kanan Kai yang diperban.

“Ini... Tanganku terkena luka bakar kecil,” jawab Kai datar sesekali menengok ke arah Jongdae.

“Oh, begitu,” angguk Luhan.

Xiumin, Jongdae dan Kai yang diikuti juga oleh Luhan bertemu dengan Sooman bersama asistennya dan para guru di koridor.

“Oh... Xiumin, Luhan, Kai? Dan...”

“Jongdae! Kim Jongdae! Dia rekan baru kami!” seru Luhan semangat sambil memegang tangan kanan Sooman dengan kedua tangannya dan berlompat-lompat kecil.

Semua orang yang melihat kelakuan Luhan hanya bisa sweatdrop.

Sooman’s office

“Begitu, ya? Kim Jongdae...”

Jongdae hanya mengangguk pelan.

“Mulai sekarang namamu adalah Chen!”

“Chen?”

CEKREK!

Self-portrait
Nama: Kim Jongdae
Nama panggilan: Chen
Tanggal lahir: 21 September, 1992
Tinggi badan: 178 cm        
Keahlian: Petir (Lightning)

Controlling Class

“Yang perlu diperhatikan adalah ketika emosi kalian sudah menguasai kalian, jadi sebisa mungkin tahanlah emosi kalian...” kata seorang guru di salah satu kelas di lantai lima.

Kelas ini dihuni oleh satu guru dan lima murid, yaitu Xiumin, Luhan, Chen, Tao dan Kai.

“Psst! Setelah ini kalian ada acara tidak?” bisik Luhan kepada yang lain.

“Tidak ada. Memangnya kenapa?” tanya Xiumin. Kai menjawab tidak, Chen dan Tao hanya menggelengkan kepala.

“Aku ingin membeli tempat pensil, sekalian mencari rekan-rekan yang lain!” jawab Luhan dengan suara pelan. Sedangkan guru mereka masih menerangkan.

Semuanya menatap Luhan ragu, kemudian...

“Aku ikut denganmu. Aku juga mau membeli obat,” kata Kai seraya melihat tangan kanannya yang diperban.

Mianhamnida, aku harus cepat pulang ke rumah.” kata Chen.

“Aku mau mengurus kucingku,” kata Tao.

“Aku...”

“YAH! Kalian semua! Bisakah kalian menghargaiku sebagai guru di sini? Kalian hanya berlima dan berani-beraninya kalian semua dengan santai berdiskusi seperti itu!” teriak guru tersebut sambil melempar penghapus papan tulis.

M-mianhamnida, songsaenim...

-12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens)-

Insadong, Seoul

“Lalu... Apa yang akan kau lakukan setelah ini?” tanya seorang perempuan kepada pemuda yang duduk di depannya seraya mengaduk-aduk kopinya.

“Tidak tahu, berkelana mungkin...” guraunya, yang bertanya hanya bertampang wajah sebal.

“Hahaha jangan memperlihatkan wajah yang begitu, jelek sekali,”

“Makanya jawab yang serius!”

“Serius, aku tidak tahu, Hyekyo. Pokoknya... dukung saja aku,” kata pemuda tersebut.

“Tentu saja... Yixing...”

Myeong-dong, Seoul

“Harganya 1,500 won,”

Luhan memberikan sejumlah uang kepada karyawan tersebut. Lalu mengambil kantung plastik yang berisikan tempat pensil Hello Kitty di atas counter.

Nam-gu, Ulsan

“Kau suka sekali dengan Hello Kitty, ya?” tanya Kai.

Ne!

Pembicaraan mereka pun berakhir. Malam hari di distrik Nam sangat sepi sekali. Tidak heran karena sekarang waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

Mereka tiba di sebuah apotek. Chosun Pharmacy. Luhan dan Kai masuk ke dalam apotek tersebut.

Di sisi lain...

Dong-gu, Ulsan

“Akhirnya pulang juga~” kata seorang cowok sambil melipatkan kedua tangannya di belakang kepalanya. Teman di sebelahnya di menyahut apa-apa.

Kedua cowok tersebut kelihatannya baru saja keluar dari sebuah tempat bimbingan belajar.

“Yah, Sehun-ah! Bagaimana kalau lusa kita pergi untuk karaoke? Ujian ‘kan masih dua minggu lagi?” ajak temannya itu.

“Tidak bisa, eomma tidak bakal mengizinkanku,” kata cowok yang dipanggil ‘Sehun-ah’ tersebut.

“Ah, kau tidak seru! Baiklah aku duluan, ya!” serunya sembari berbelok ke arah kiri. Sehun hanya melambaikan tangannya.

Ia berjalan sendirian di tengah kesunyian di malam hari. Ia melirik jam di telepon selulernya.

Jam setengah sepuluh... Pantas saja sudah sepi,’ batinnya.

Ia menaruh kembali telepon selulernya di saku jaket tebalnya yang berwarna abu-abu.

Di tengah perjalanan ia sesekali menggosok-gosok telapak tangan dan hidungnya karena suhu yang sangat dingin.

Tap... Tap...

Sehun refleks menoleh ke belakang karena merasa ada yang mengikutinya.

“Siapa?” tanyanya.

Tapi tidak ada yang menyahut. Ia pun melanjutkan kembali untuk berjalan, kali ini lebih cepat dari sebelumnya.

Tap... Tap... Tap...

Semakin Sehun berjalan lebih cepat, langkah yang ia dengar di belakangnya lebih dekat dan cepat.

Chosun Pharmacy

Luhan dan Kai sedang menunggu sang apoteker selesai dengan urusannya.

“Lama sekali, padahal ‘kan ini hanya luka bakar biasa,” kata Kai bete.

“Jangan begitu, mereka sedang melakukan yang terbaik. Lagipula luka bakarmu itu masih sangat baru dan aku pikir itu bukan setruman biasa hihihi...” ucap Luhan seraya terkikik centil.

Kai yang merasa terejek oleh kikikkan Luhan hanya memalingkan wajahnya yang bete.

Dong-gu, Ulsan

Sehun mempercepat langkahnya dan akan berlari jika saja...

“Siapa ka... Hmppph! Hpffftt!!!” Sehun bisa merasakan dirinya diseret dan dibawa ke sebuah gang yang kecil.

“Serahkan semua yang kau punya, bocah!” kata seorang pria berjaket kumal dan berkupluk cokelat sambil menodongkan sebuah pisau ke leher Sehun.

“A... Aku... Ukh! Lepas!” ujar Sehun agak keras. Sehun berontak dan mencoba untuk lari.

“Tidak mendengarkan rupanya,”

Craaaash!

Leher Sehun menjadi korban dari pisau tajam tersebut.

“AAARGH!” pekik Sehun kesakitan karena lehernya yang tergores dan mulai mengeluarkan darah yang tidak sedikit.

Sehun memegang lehernya dengan kedua tangannya, lalu meronta kesakitan.

Tiba-tiba pria itu melihat sesuatu yang berkilauan di leher Sehun. Ketika ia mendekat untuk melihat lebih jelas,

“Heh, hanya tato...”

Tanpa memerdulikan rintihan Sehun, ia langsung mengambil ransel milik Sehun yang berukuran sedang. Membukanya lalu mencari-cari barang berharga di dalamya. Akhirnya pria tersebut menemukan sebuah dompet berwarna hitam lalu mengambil semua isinya dan membuang dompet itu sembarangan.

Ia langsung berlari dan membiarkan Sehun yang menahan kesakitan.

“Udaranya dingin sekali,” kata Luhan yang mulai menggigil.

Kai tidak menghiraukan perkataan Luhan, melainkan melihat seorang pria yang berlari-lari dari sebuah belokan ke arah mereka berdua.

Di sekitar sini terlalu sepi dan gelap. Karena Kai terlalu fokus ke sebuah benda yang dibawa oleh pria tersebut, ia tidak menyadari bahwa dirinya dan Luhan ditabrak oleh pria tersebut.

Braaak!

“Aduh!” seru Luhan yang bokongnya terhempas jatuh ke bawah.

Kai membantu Luhan berdiri. Lalu melihat pria tersebut yang kian jauh dari mereka.

“Tidak tahu diri! Sakit...”

“Luhan-hyung... Ayo, cepat!” ucap Kai sambil menarik lengan Luhan paksa.

“Ya-yah! Aw! Kenapa tiba-tiba leherku pegal...” ujar Luhan sembari meraba-raba lehernya.

Mereka berdua berlari pelan lalu berbelok ke arah gang―belokan di mana pria tadi muncul―yang sangat sempit.

“YA AMPUN!” Luhan segera mendekati seseorang yang terkapar sambil memegangi lehernya yang sudah penuh oleh darah.

“B-bertahanlah, kami akan mencari bantuan!” kata Luhan seraya memegang salah satu tangan cowok tersebut yang dipenuhi oleh darah juga.

Kai keluar dari gang dan melihat sekeliling untuk mencari bantuan.

“Tolooooong!” teriak Kai, tetapi tidak cukup keras untuk didengar oleh orang-orang yang jauh di sana. Berjalan ke arah mana saja untuk menghilangkan ketakutannya.

“Bertahanlah! Bertahanlah sebentar lagi!” seru Luhan yang mulai menangis, karena kemampuan telepatinya. Ia bisa merasakan kesakitan yang diderita cowok tersebut. Luhan mencoba memeriksa saku jaketnya. Lalu Luhan menemukan sebuah telepon seluler. Karena suasana yang begitu menegangkan, dengan tangan kirinya yang bersih ia mencoba memeriksa kontak untuk menghubungi ambulans dan salah satu keluarganya.

“Sial! Baterainya sudah mau habis!” umpat Luhan kesal.

Kai yang sudah sangat bingung karena kondisi seperti ini baru pertama kali dialaminya menoleh ke belakang. Lalu membelalak kaget ketika melihat wajah cowok yang terbaring di bawah.

“Tunggu sebentar!” teriak Kai, masih di posisinya.

“Kau... S-Sehun?” Kai menatap cowok yang bernama Sehun tersebut.

“Kau mengenalnya, Kai?” tanya Luhan.

Ne, dia satu sekolah denganku...” jawab Kai dengan ekspresi paraunya.

Luhan mencoba menenangkan Sehun, ia melihat sesuatu yang berkilau. Sesuatu yang berada di leher

“Eh? Apa itu?” Luhan mencoba membersihkan darah dari leher Sehun yang tidak terkena luka dengan punggung tangannya.

I-ini...

-12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens)-

Junggugeo Mansion

“Hari ini sampahnya cukup banyak,” ujar pemuda yang diketahui bernawa Yixing.

Ia keluar dari kamarnya lalu berjalan menuju lift.

Ting...

Pintu lift terbuka di lantai dasar. Yixing berjalan ke arah pintu samping, tempat di mana ia membuang sampahnya.

Yixing sampai di depan pintu. Ketika ia membuka pintunya, tiba-tiba kantung plastik hitam yang berisi sampahnya terjatuh.

-12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens)-

Dong-gu, Ulsan

“Sebentar lagi, bertahanlah!”

Brak!

Seseorang membuka pintu di salah satu bangunan yang ternyata ada sebuah mansion.

“Eh?”

“Hn?”

Pluk...

Kantung plastik berisikan sesuatu jatuh dari tangan seseorang yang membuka pintu tadi.

“K-kau tinggal di sini? Tolong! Dia terluka! Bisakah kau mencarikan kami bantuan?” tanya Kai panik seraya mendekati seseorang tersebut, namun ia tidak menghiraukan perkataan Kai.

Seseorang itu mendekati Sehun lalu mengisyaratkan agar Luhan menjauh.

Luhan berdiri lalu berjalan ke arah Kai yang hanya menatap panik sekaligus bingung melihat perlakuannya.

Ia mendekatkan kedua tangannya ke leher Sehun, tiba-tiba kedua tangannya mengeluarkan cahaya.

Luhan dan Kai membelalakkan matanya kaget, lalu mereka saling menatap satu sama lain.

“D-dia... Masa’, sih...” kata Luhan terbata-bata.

Luka Sehun yang memanjang diagonal mengikuti bentuk lehernya pun menutup perlahan. Meskipun lehernya masih dipenuhi darah, lukanya benar-benar menutup dan seperti menghilang begitu saja.

Ketika wajahnya menengadah ke arah Luhan dan Kai, poninya yang agak panjang tersibak.

Luhan dan Kai dibuat terkejut kembali karena sesuatu yang bersinar di dahinya.

“Tanda itu!” seru mereka bersamaan sambil menunjuk dahi seseorang tersebut dari jarak yang agak jauh.

Dia hanya mengernyit heran melihat Luhan dan Kai.

“B-bolehkan aku tahu siapa namamu?” tanya Luhan.

“Namaku... Zhang Yixing...”

“Oh... Kau bukan berasal dari Korea, ya?” ujar Kai.

“Bukan. Aku lahir di,” kata seseorang yang bernama Yixing tersebutm masih dalam posisi setengah duduknya. Lalu ia melihat Sehun yang pingsan.

“Mianhamnida... Kamarku berada di lantai empat. Aku tidak tahu ada kecelakaan di sini. Lagipula di sini memang sudah menjadi kebiasaan tidak ada di rumah dari jam delapan hingga tengah malam. Lantai dasar di mansionku juga tidak ada orang sama sekali,” jelas Yixing dengan bahasa Korea yang lumayan lancar.

Luhan dan Kai hanya mengangguk paham dengan tatapan sendu.

“Sebaiknya kalian membawa teman kalian ke rumah sakit, sepertinya ia kehilangan cukup banyak darah,” ucap Yixing sembari mengambil kantung plastiknya yang jatuh. Lalu membuangnya di tempat sampah di sebelah pintu.

“Apakah di sekitar sini ada rumah sakit?” tanya Luhan.

“Tentu saja tidak ada, di sini cukup jauh dari metropolitan. Telepon ambulans saja,”

“Umm... Sebenarnya... Kami tidak punya dan tidak tahu nomor ambulans maupun rumah sakit...” kata Luhan seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Yixing yang mendengarnya hanya merespon perkataan Luhan dengan wajah datar, ia pun masuk ke dalam mansionnya.

Luhan dan Kai hanya diam dengan kepergian Yixing ke mansionnya.

Luhan menghampiri Sehun yang tergeletak di bawah, ia membuka jaket musim dinginnya sehingga tampak ia hanya memakai baju berlengan panjang berwarna putih. Kemudian ia Luhan membuka lagi baju berlengan panjangnya dan ia kini hanya memakai kaus dalam yang sangat tipis.

“Luhan-hyung! Apa yang kau lakukan!” seru Kai menatap kaget Luhan yang hanya memakai kaus dalam.

Luhan tidak mengindahkan seruan Kai, ia memakai kembali jaketnya. Baju lengan panjangnya ia gunakan untuk membersihkan leher Sehun dari darah.

Kai tercengang melihat perbuatan Luhan.

Tidak lama kemudian datang sebuah ambulas, diikuti oleh Yixing yang keluar dari mansionnya lewat pintu depan.

Dua perawat pria keluar dari ambulans sambil membawa sebuah tandu.

Mereka berdua berlari kecil ke arah Sehun lalu memindahkan Sehun ke tandu dan membawanya ke ambulans.

“Tunggu! Bolehkah kami bertiga ikut? Kami temannya!” seru Kai kepada dua perawat tersebut.

Salah satu perawat tersebut tampak berfikir, tetapi akhirnya ia membolehkan mereka bertiga untuk ikut.

-12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens)-

Hyekyo baru saja kembali dari supermarket. Ia melihat di depan mansion teman dekatnya ada sebuah ambulans.

Dengan tangan yang penuh dengan makanan, ia berusaha membuka pintu mansionnya dan berlari ke lantai atas. Ke kamarnya. Lalu mencoba menghubungi nomor temannya tersebut.

-12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens)-

Gyeongju Hospital

Luhan, Yixing dan Kai duduk di bangku di depan ruang emergensi.

“Kenapa aku juga ikut?” tanya Yixing entah kepada siapa.

Luhan dan Kai yang tadinya sibuk berfikir di pikiran masing-masing pun tersadar. Sadar bahwa mereka sedang bersama Yixing.

“Benar juga! Yixing... Bisakah kau menceritakan tentang... Umm... Tentang kekuatanmu tadi?” tanya Luhan.

“Aku tidak yakin tapi... Mungkin kalian bisa kupercaya,”

Kai yang sedari tadi berdiri, kini duduk di sebelah Yixing.

“Pertama kali aku menyadari sesuatu dalam diriku adalah ketika diriku berumur sepuluh tahun. Dimana ketika itu aku masih tinggal di Changsha, Hunan di China. Aku tinggal di rumah bersama ibu dan nenek.

Waktu itu ibuku sedang pergi. Aku disuruh oleh ibu untuk menjaga nenek yang sakit. Aku yang masih kecil pun hanya menurut. Lalu ketika aku sedang belajar, tiba-tiba aku mendengar sesuatu yang pecah di kamar nenek.

Aku langsung berlari ke kamar nenek dan melihat nenek sudah terkapar di lantai yang penuh dengan pecahan gelas. Hidung nenek mimisan dan tangannya dingin sekali.” Yixing mengambil jeda sesaat.

Luhan dan Kai masih penasaran dengan kelanjutannya.

“Aku pun langsung menangis saat itu juga. Aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku mencoba untuk berdo’a sambil memegang tangan nenek. Tiba-tiba dari tanganku keluar sebuah cahaya. Karena menangis, penglihatanku kabur. Kupikir aku salah lihat, jadi aku mencoba untuk menghapus air mataku.

Tetapi itu memang cahaya. Tangan nenek pun menghangat, walaupun darah masih mengalir dari hidungnya meskipun hanya sedikit. Setelah yakin bahwa nenek baik-baik saja, aku berlari ke dapur dan menelepon ibu.

Nenek dibawa ke rumah sakit. Dokter bilang bahwa nenek tadi sempat sekarat. Aku pun menangis kembali. Jika saja aku telat dan tidak memiliki kekuatan untuk menyembuhkan. Mungkin nenek sudah tidak ada.” ucapnya mengakhiri cerita. Tidak sadar bahwa kedua matanya sudah berkaca-kaca.

Luhan yang mendengarnya tidak tahan untuk menangis, sedangkan Kai hanya mengangguk mengerti dan sweatdrop melihat wajah Luhan.

Brak...

Pintu ruang emergensi terbuka.

“Keluarga atau kerabat atas nama Oh Se Hoon?” tanya dokter yang membuka pintu tadi.

“K-kami kerabatnya...” kata Kai seraya berdiri dan mengangkat tangan kanannya. Diikuti oleh Luhan dan juga Yixing yang kebingungan.

Room A - 12

Mereka bertiga masuk ke dalam ruangan di mana Sehun berada.

“Menurut kalian, apa kita hubungi saja keluarganya?” tanya Yixing agak khawatir.

“Tidak. Aku punya rencana lain yang jauh lebih bagus,” kata Kai dengan seringainya.

“Umm... Kai? Kau...” Luhan menatap seringai milik Kai dengan ekspresi curiganya.

“Kau bisa membaca pikiranku, Hyung? Mianhaeyo... Mungkin kalian bisa pulang naik taksi, aku akan berkemas dulu,” ucap Kai seraya mencabut pelan jarum suntik di lengan Sehun yang terhubung dengan kantung darah yang digantung.

Luhan dan Yixing yang melihat aksi nekat Kai langsung mendekati Kai.

“Apa yang kau lakukan!” seru Luhan sembari memegang bahu Kai.

“Tenang, Hyung... Aku jamin di Star Mansion dia akan baik-baik saja,” kata Kai yang melepaskan pegangan Luhan di bahunya. Lalu menggendong Sehun dan berteleportasi.

Wuuush~

Yixing menatap kepergian Kai yang kilat dengan kaget.

“Jadi, ini maksudnya? Tapi dia benar-benar serius. Padahal tadi cukup bahaya,” ujar Yixing.

“Lalu... Bagaimana kita harus menjelaskan semua ini?” tanya Luhan sambil menunjuk sprei yang berantakan menandakan pasien tidak ada, jarum suntik yang tergeletak di bawah dengan darah yang masih mengucur dan juga selimut yang berada di lantai.

Yixing yang melihatnya hanya tersenyum pasrah.

-12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens)-

SM (Star Mansion) Building

“Kim Jongin! Siapa yang kau bawa itu!” seru Xiumin seraya melihat Sehun yang masih berada dalam gendongan Kai.

“Ternyata tidak pas di ruang kesehatan. Hyung, boleh aku minta tolong?”

Xiumin langsung memanggil para staf kesehatan untuk memeriksa Sehun.

Sehun pun langsung dibawa ke kamar untuk dirawat.

“Kai, jangan bilang dia...”

“Ya, dia salah satu dari Pasukan EXO,” kata Kai.

“Lalu dimana Luhan?” tanya Xiumin.

“Oh, dia bersama Yixing,”

“Yixing?” Xiumin dengan ekspresi bingungnya memiringkan kepalanya sedikit.

“Benar juga! Aku dan Luhan-hyung dapat dua loh,” kata Kai, terlihat rasa kepuasan dari cara bicaranya tadi.

Jinjja! Bagaimana bisa?” tanya Xiumin yang mulai tertarik.

“Yah... Panjang ceritanya, lain kali saja. Aku mau istirahat dulu,” ujar Kai yang kini berjalan ke arah kamar tamu.

Xiumin yang mendengarnya langsung memasang wajah bete.

“Luhan dimana, ya? Aku juga penasaran dengan seseorang yang bernama Yixing itu,”

Xiumin pun pergi menuju lift, pergi ke kamarnya.

-12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens)-


Guest Room K, SM (Star Mansion) Building

Sehun membuka matanya perlahan. Ia meraba-raba lehernya―di mana waktu itu terdapat luka di sanayang sudah sembuh, walau terasa sedikit sakit dan pegal. Ia tercenung sesaat.

“Mengapa lukanya...”

Sehun mencoba mengingat kembali ketika ia terkapar di jalanan sempit, tiba-tiba ada seseorang, atau dua orang lebih tepatnya mendekatinya dan... Ia tidak bisa mengingatnya lagi. Lalu yang ada di pikirannya saat ini adalah, di mana ia sekarang?

“Eh? Kau sudah bangun rupanya,” kata seseorang yang baru saja membuka pintu. Di tangan kirinya terdapat sebuah nampan dengan sup dan teh hijau di atasnya.

Sehun pun duduk di atas tempat tidur.

“A-aku ada di mana?”

“Kau berada di tempat yang aman. Tenanglah. Ini, kubawakan semangkuk sup dan segelas teh,” kata Xiumin ramah. Xiumin meletakan nampannya di atas kedua paha Sehun yang tertutup oleh selimut.

“Kau bisa makan sendiri, ‘kan?” tanya Xiumin seraya berkacak pinggang.

Sehun hanya mengangguk pelan.

“Aku tinggal sebentar, ya,” kata Xiumin sambil berlari kecil ke arah pintu. Namun sebelum menutup pintu dan benar-benar meniggalkan kamar, ia berbalik menghadap Sehun.

“Jangan ke mana-mana, oke?” ujarnya, lalu menutup pintu.

Sehun yang mendengarnya hanya diam. Kemudian ia mengangkat bahu dan melanjutkan kembali sarapannya.

“Sup ini enak juga,” katanya sembari memakannya lahap.

-12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens)-

Sooman’s office

“Hai, Sooman-ssi! Bagaimana kabarmu?” tanya Xiumin yang melambaikan tangannya berlebihan di depan meja Sooman.

“Jangan sok akrab denganku, lagipula kita baru bertemu dua menit yang lalu,” kata Sooman yang sedang menyesap tehnya.

“Sooman-ssi selalu saja begitu, kita ‘kan sudah berteman selama kurang lebih setahun,”

“Jadi, ada apa, Xiumin-ah?” tanya Sooman yang mulai kesal dengan Xiumin yang tidak to the point.

“Begini, dia sudah bangun. Perlu aku bangunkan yang satu lagi? Lalu berkumpul di kamar tamu?”

“Bangunkan saja. Setelah itu panggil yang lain dan siap-siap untuk ke kamar tamu,” ucap Sooman dengan nada perintah.

“Siap, laksanakan!” ujar Xiumin sembari hormat, lalu membungkuk sebentar dan pergi dari ruangan milik Sooman.

Guest Room M, SM (Star Mansion) Building

“Sepertinya pemuda bernama Yixing ini sudah bangun, lebih baik aku ketuk saja,”

Tok... Tok... Tok...

Brak...

“Ada apa?” tanya Yixing.

“Bisakah ikut denganku sebentar? Ada yang ingin kami beritahu padamu,”

“Umm... Baiklah,”

Xiumin dan Yixing berjalan ke arah kamar tamu yang ditempati oleh Sehun.

Xiumin membuka pintu dan mendapati Sooman, Luhan, Tao dan Kai telah berada di sana.

“Nah... Apa yang kalian tunggu?” tanya Xiumin seraya merapihkan bajunya.

“Aku sudah mengirim e-mail pada Chen-gege, tapi ia belum membalasnya,” kata Tao sembari memeriksa telepon selulernya.

“Biar aku yang urusi dia,” ujar Kai, tanpa aba-aba ia sudah berteleportasi.

Wuuush~

“Dia akan menggunakan cara paksa lagi,” ucap Luhan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Sehun yang melihat Kai menghilang langsung membelalak kaget. Sedangkan Yixing yang sudah pernah melihat Kai berteleportasi hanya terkejut sedikit.

Wuuush~

Kai sudah datang kembali dengan teleportasinya bersama Chen yang masih mengenakan pakaian tidurnya dalam hitungan detik.

“Yah... Aku baru saja membaca e-mail dari Tao. Tahu-tahu sudah dibawa ke sini, aku ‘kan belum mandi,” kata Chen dengan wajah yang masih mengantuk.

“Sudahlah. Semuanya sudah berkumpul di sini ‘kan?” tanya Sooman.

Semuanya melihat satu sama lain. Kecuali Yixing dan Sehun yang benar-benar kebingungan, tidak tahu harus berkata apa di lingkungan yang asing ini.

“Zhang Yixing dan Oh Sehun, kalian ingin tahu mengapa kalian dibawa ke sini?”

Yixing dan Sehun mengangguk agak ragu.

“Itu karena kekuatan yang kalian miliki,”

“K-kekuatan? Apa maksud Anda?” tanya Sehun.

“Kau pernah melihat suatu tanda di salah satu bagian tubuhmu? Di leher tepatnya,” kata Sooman.

Sehun pun langsung menyentuh lehernya, di mana tanda itu berada.

“Tanda itu merupakan bukti bahwa kalian mempunyai kekuatan. Kekuatan yang kalian terima dari sang pasukan, Pasukan EXO. Kalian berdua adalah salah satu dari reinkarnasi Pasukan EXO!” kata Sooman seraya mengepalkan tangan kanannya.

“Reinkarnasi? P-Pasukan EXO? Kau tidak bercanda ‘kan, ahjussi?” Sehun menatap sengit Sooman, tidak percaya dengan perkataan Sooman.

Sooman yang ditatap begitu hanya tersenyum.

“Pegang tanganku,” titahnya.

Sehun pun menuruti, walau pun enggan. Tiba-tiba ia merasa ada yang bergerak dari balik baju dan selimutnya. Sejuk. Sehun pun menutup kedua matanya, merasakan sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

“Jadi, kekuatanmu angin, ya?” Sooman melepaskan pegangan tangan Sehun. Sehun membuka kedua matanya, ia baru sadar. Baru sadar ia mengeluarkan sesuatu dari tubuhnya. Angin.

Sehun bisa merasakan dadanya bergejolak.

Perasaan apa ini?’ batinnya dalam hati.

“Kau baru mengeluarkan kekuatanmu. Jadi, wajar saja jika rasanya berbeda,” kata Luhan ramah yang tahu isi pikiran Sehun.

“Yixing, kupikir kau sudah tahu banyak tentang jati dirimu yang sebenarnya?” ujar Sooman yang kini menatap Yixing.

Ne... Luhan menceritakannya tadi malam,” ucap Yixing sedikit canggung.

“Jadi... Bagaimana keputusan kalian? Mau bergabung dengan kami dan memulai sebuah misi atau... Membiarkan kekuatan kalian membunuh kalian sendiri?”

Yixing dan Sehun yang mendengarnya menatap Sooman kaget. Bukan hanya mereka, bahkan Xiumin, Luhan, Chen, Tao dan Kai pun sama kagetnya.

“A-apa maksudnya!” seru Xiumin dan Luhan bersamaan.

“Ups... Mungkin aku akan memberitahukan yang satu ini setelah semuanya benar-benar terkumpul. Bagaimana... Yixing? Sehun?” tanya Sooman sekali lagi.

Yixing pun mengangguk dengan yakin.

“Baiklah, aku bergabung,” katanya.

Melihat Yixing yang percaya diri membuat Sehun semakin bingung, tapi akhirnya ia memutuskan.

“Aku... Akan bergabung,”

“HORE!!!” seru Luhan sembari mengangkat kedua tangannya ke atas. Perilaku Luhan yang kekanak-kanakan mengundang perhatian semua orang yang ada di ruang itu.

“A-ada apa? Seharusnya kalian juga senang karena mereka mau bergabung!” ujar Luhan dengan pipinya yang merona. Manis sekali.

“Hahaha ne, ne. Selamat datang, Yixing dan Sehun!” sambut Xiumin ceria.

“Selamat datang~” Chen pun ikut menyambut juga dengan senyumnya yang menawan.

Sedangkan Tao dan Kai hanya tersenyum tipis.

“Zhang Yixing, karena kau sudah resmi bergabung dengan kami, maka ada nama khusus untukmu...” Sooman memberikan jeda sebentar.

Yixing menunggu kalimat Sooman selanjutnya.

“Lay!”

CEKREK!

Self-portrait
Nama: Zhang Yixing
Nama panggilan: Lay
Tanggal lahir: 7 Oktober, 1991
Tinggi badan: 177 cm        
Keahlian: Penyembuhan (Healing)

“Lay?” tanya Yixing, yang kini mempunyai nama baru. Lay.

“Kuberitahu alasannya kapan-kapan, ya,” ucap Sooman seenaknya.

“Bagaimana dengan Sehun?” tanya Xiumin.

“Itu tidak perlu,”

Sehun hanya mengangguk-angguk.

CEKREK!

Self-portrait
Nama: Oh Sehoon
Nama panggilan: Sehun
Tanggal lahir: 12 April, 1994
Tinggi badan: 181 cm        
Keahlian: Angin (Wind)

“Kenapa Sehun tidak diberi nama khusus? Lalu mengapa aku diberi nama khusus? Apa Minseok itu sudah kuno? Apa Minseok tidak sebagus Sehun, Luhan atau Tao?” tanya Xiumin meminta keadilan. Berlebihan memang.

“Ayolah, Hyung...” kata Kai sembari memijit pelipisnya. Sweatdrop.

Xiumin menyandarkan kepalanya di bahu milik Kai. Sedangkan sang pemilik bahu hanya memutar kedua bola matanya bosan.

“Nanti akan kubelikan baozi yang super enak!” ucap Tao seraya menepuk bahu Xiumin yangpura-purabergetar.

Mendengarnya Xiumin pun langsung mengerlingkan matanya tertarik.

Jinjja! Gomawoyo, Tao-ya!” seru Xiumin, langsung memeluk Tao yang lebih tinggi darinya.

“Umm... Ne, Oppa...” ujar Tao sedikit gugup.

“Eh?” Xiumin melepaskan pelukannya, tetapi tangannya masih memegang kedua lengan atas milik Tao. Lalu melihat Tao, agak speechless.

Lay, Chen dan Sehun sudah menundukan kepalanya masing-masing. Luhan pun sudah mendengus menahan tawa. Kemudian Kai yang berada tepat di samping Xiumin sudah memandang Tao dengan penuh keterkejutan. Sedangkan Sooman...

“HAHAHAHAHA!”

-12 Alien Ganteng (12 Handsome Aliens)-

Sooman’s office

Ketujuh Pasukan EXO sedang menghadap Sooman di kantornya. Dimulai dari Xiumin di paling kiri, disusul oleh Luhan, Lay, Chen, Tao, Kai dan Sehun.

“Sehun-ah, bagaimana keadaanmu sekarang?” tanya Sooman berbasa-basi.

“Sudah agak membaik,” jawabnya sopan.

“Oh, begitu...” kata Sooman sambil mengangguk-angguk.

Kemudian hening.

Hening.

Masih hening.

“Lalu... Sooman-ssi, apa kau memanggil kami semua hanya untuk menanyakan keadaan Sehun-ah?” tanya Kai dengan wajah datarnya.

“Oh, iya! Hahaha... Sampai mana aku tadi?”

“...” Kai hanya diam dengan wajah bete.

Sooman pun tersenyum.

“Sebenarnya aku mengumpulkan kalian ke sini untuk memberitahukan kalian sesuatu. Pasukan EXO yang tersisa berjumlah lima orang, aku ingin kalian secepat mungkin menemukan mereka semua. Akhir-akhir banyak kriminalitas yang terjadi, bukan hanya di Korea, tetapi di seluruh dunia. Terutama di Amerika,”

Mereka semua tidak menjawab apa-apa, menunggu kelanjutan penjelasan oleh Sooman.

“Mulai besok, kalian akan menjalankan misi setiap hari! Tidak hanya mencakup Korea Selatan saja, melainkan Benua Asia! Kalau perlu sampai Afrika pun harus!”

Mereka semua membelalakkan matanya kaget, kecuali Tao yang mendengar perkataan Sooman seperti kucing hitam miliknya yang sedang berceloteh.

Terlalu banyak serapan. Aku tidak mengerti.’ batinnya.

“Tapi, kedengarannya akan menyenangkan. Bagaimana denganmu, Tao?” tanya Luhan seraya menyenggol pelan lengan Tao dengan sikunya.

“Umm... Ne,” jawab Tao seadanya.

“Bagaimana dengan transportasinya?” tanya Xiumin.

“Itu tidak menjadi masalah... Karena kita punya pesawat pribadi!” ucap Sooman.

“Pesawat pribadi!?” seru Luhan.

“S-sejak kapan!” teriak Xiumin.

Sooman hanya tersenyum bangga. Dan berkata,

“Itu sangat memudahkan misi kalian, bukan?”

“Keren,” ujar Sehun. Kai pun mengangguk-angguk.

Lay dan Chen menepuk-nepuk kedua telapak tangannya pelan sembari menggumamkan, ‘Wow...

Sedangkan Tao hanya diam saja.

“Pesawat itu hanya digunakan untuk kepentingan misi, tidak ada yang lain,” kata Sooman seraya melipat kedua tangannya. Yang disambut dengan keluhan dari para Pasukan EXO.

Sooman yang mendengarnya langsung tertawa puas.

Setelah ini masih banyak yang harus kalian lakukan...’ batin Sooman sambil tersenyum.

-TBC-

Authors Note:
Finally! Selesai juga, sebenarnya project fic ini dari tanggal 10 April 2012 hehe tapi karena begitu banyak halangan yaitu belajar untuk Ujian Nasional dan tes RSBI (juga karena tiba-tiba setiap nulis suka bingung sendiri dan perasaan malas yang tidak bisa dihindarkan) akhirnya baru sekarang deh bisa lanjut dan di-publish. Mohon do’a untuk hasil tesnya, ya! ㅋㅋㅋ

Thank you very much buat 혜교 dan 지윤 yang udah ngasih banyak inspirasi! Dan ada beberapa adegan yang berasal dari ide mereka berdua *bighug*

Ini baru prolog yang pertama, nantikan prolog yang kedua, ya!
Apakah ini terlalu panjang untuk ukuran prolog? Yah pokoknya anggap aja ini adalah prolog EXO yang pertama, What Is Love~^^ kalau kepanjangan mungkin bacanya bisa dicicil ㅋㅋ
Oh iya, munculnya para Pasukan EXO ini berurutan sesuai dengan keluarnya para member EXO di teaser! Kecuali Xiumin dan Kai, karena alasan tertentu:p

REMEMBER! Di fic ini ngga ada couple-couple-an, paling cuma hints aja~^^ kaya yang di atas, HunHan Hints (cute pronunciation) dan lain-lain hehe :D

Satu lagi, mohon review-nya! Bisa kasih komentar di blog ini atau pun;

Thank you! 감사합니다!

2 comments:

  1. EPIC asdfghjkl thanks for mentioning too *hugback* kekeke, yesss kalo lagi medet kita bisa berimajinasi lagi lols. Lanjutssss! :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. OK! Iya benaaaaaar >< terima kasih atas dukungannya :3

      Delete